JOMBANG, KN – Santri putri Hamalatul Qur’an yang diasuh oleh Mahmud Syahrowardi, S.Sy di Dusun Jarakkulon, Desa Jarak, Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang pada Kamis (24-9) malam lalu memanfaatkan waktu santainya dengan belajar ilmu Jurnalistik, acara yang digelar dipelataran serambi asrama putri tersebut mengambil tema “Bincang Santai Jurnalistik “, memang tidak biasanya kegiatan ini digelar oleh santri putri penghafal Al Qur’an itu. “Kita mengambil sisi akademiknya, ketika para santri memiliki waktu longgar, kita arahkan pada kegiatan akademik seperti yang kita laksanakan saat ini,” kata Ustad Mahmmad menirukan arahan Romo Kiai Ainul Yaqin, sebagai pendiri PP HQ Putri.
Dikatakan, pelatihan jurnalistik menjadi salah satu pilihan dalam rangka menyalurkan bakat para santri, “Untuk saat ini dalam rangka mengisi waktu, disela sela menghafal Al Qur’an para santri rupanya ingin membuat coretan coretan dalam bentuk karya jurnalistik, untuk itu kita adakan pelatihan, satu contoh adanya mading di PPHQ Putri ternyata sangat efektif digunakan sarana komunikasi antar santri, antar pengurus bahkan menjadi perhatian Pengasuh baik di PPHQ Putri maupun PPHQ Pusat, dan bahkan respon dari Cabang Cabang HQ dan mitra-mitra HQ sangat mendukung,” katanya lagi.
Ditambahkan, dalam membina dan menumbuhkan kemampuan Jurnalistik bagi santri diberi waktu khusus, “Kita beri waktu khusus agar tidak mengganggu hafalannya, dan diutamakan memang yang sudah selesai Qur’annya sehingga tidak mengganggu, apalagi santri putri sudah banyak yang wisuda, tadi juga ada yang mananyakan bagaimana jika sudah pulang tetapi tetap ingin mengabdi di Hamalatul Qur’an, jawabnya menulis di media HQ sebagai sarana komunikasi,” tambahnya.
Dalam bincang santai jurnalistik tersebut hadir, Romo KH. Ainul Yaqin, selaku pendiri PP Hamalatul Qur’an sekaligus Pengasuh, Ustadz Mahmud, Pengasuh PPHQ Putri, KH. Habib Anis Al Habsi, dan Ustadz Syafi’i Zainuddin, Pengasuh PP Nurul Qur’an, Probolinggo dan H. Muhtazuddin, SH dari Media Kabar Nahdliyin.
Sementara itu materi yang dibedah dalam acara tersebut antara lain, Jurnalistik dan Pesantren, Dasar -dasar Jurnalistik, tehnik reportases dan tehnis penulisan dalam bentuk fuature, artikel, esai dan opini, “Yang terpenting dalam penulisan jangan sampai ditumpangi kepentingan individu, kejujuran harus menjadi gaya tersendiri bagi karya jurnalistik santri, hindari penulisan tidak sesuai fakta, jika pun harus mengkritik, gaya tulisan santri lebih baik menghindari kritik pada pribadi seseorang, dan yang terpenting lagi tulisan santri juga memberi pesan solusi,” kata Muhtazuddin, dari Kabar Nahdliyin yang didapuk sebagai naras umber.
Para Kiai yang hadir juga memberi pesan agar santri konsentrai hafalannya, agar apa yang dicita-citakan tercapai. Terkait kegiatan jurnalistik sebagai pengisi waktu diperbolehkan. (Baret)