JOMBANG, KN – Pondok Pesantren As-Sa’idiyyah 2 Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, asuhan KH. Achmad Hasan dan Ibu Nyai Hj. Umdatul Choirot benar benar menjadi perhatian banyak kalangan. Pasalnya dalam tiga hari sejak Rabu hingga Jumat (5-7) Pondok Pesantren yang juga terdapat ndalemnya Ibu Nyai Umda ini dihadiri para tokoh Nasional. Seperti Ketua Umum PBNU, KH. Yahya Cholil Staquf yang akrab disapa Gus Yahya, bersama Sekretaris Jenderal Drs. H Saifullah Yusuf dan beberapa jajaran Kesekjenan PBNU tampak bersama rombongan di ndalem Kiai Hasan.
Juga para Pengurus MWC (Majelis Wakil Cabang) NU mulai Syuriyah hingga Tanfidziyah se-Kabupaten Jombang pasca Konfercab PCNU juga tidak jarang melakukan koordinasi di ndalemnya Kiai Hasan, karena Kiai Hasan juga sebagai menantu Almaghfurlah Kiai Nasrullah, “Beliau juga sebagai Ketua Forum Syuriyah MWC se-Kabupaten Jombang, jadi kita memang harus selalu koordinasi pasca gagalnya Konfercab PCNU Jombang hingga harus PBNU yang turun tangan, tujuannya untuk menghindari info info hoax, ini juga salah satu pesan dari Sekjen PBNU,” kata Drs. H. Maghfur Mujtahid.
Ia lalu mengenang peristiwa Konfercab PCNU yang gagal, bahwa kala itu selaku utusan dari MWC dirinya memprotes aturan atau tatib pada Konfercab itu. Bagaimana bisa konfercab memberlakukan sistem AHWA (Ahlul Halli Wal ‘Aqdi) penuh, “Dalam Muktamar NU di Jombang dan di Lampung saja Muktamirin sama sama menolak sistem AHWA penuh, mestinya ini menjadi pelajaran bagi Panitia Konfercab atau sebagai rujukan, karena di forum tingkat nasional saja sistem AHWA penuh ditolak, artinya posisi Ketua Tanfidziyah tetap harus dipilih secara langsung,” kenangnya.
Tetapi, lanjutnya, apa yang disampaikan ternyata tidak membuahkan hasil, buktinya panitia Konfercab terus melanjutkan berbagai agendanya, walhasil sekarang kita bisa lihat sampai sekarang PCNU Jombang belum bisa terbentuk, “Saya yakin banyak yang paham kalau Konfercab PCNU melanggar AD ART dan PO, untung PBNU cepat mengambil langkah, kalau tidak bisa bahaya bagi perkembangan Pengurus PC NU Jombang kedepan dan juga daerah lain, karena NU Kabupaten Jombang berbeda dengan daerah lain, PCNU Jombang tidak jarang sebagai barometer PCNU daerah lain,” lanjutnya.
Rupanya Pondok As-Sa’idiyyah 2 tidak hanya sebagai jujukan para aktifis dan Kiai Nahdlatul Ulama saja, akan tetapi juga aktifis ormas selain NU, terbukti para aktifis KUPI (Kongres Ulama Perempuan Indonesia) juga menggelar kegiatan di Pesantren asuhan bu Nyai Umda tersebut. Dari KUPI, Perhimpunan Rahima, aktifis Fahmina dan Alimat, Aman Indonesia dan tidak ketinggalan aktifis Gus Durian, selain itu ada konsolidasi berbagai lembaga dan komunitas dilakukan pada Pesantren tersebut.
Seperti aktifis berbagai komunitas keagamaan, terutama pesantren, komunitas Ulama Perempuan di berbagai daerah. Komunitas Ngaji Keadilan Gender (KGI), komunitas Mubadalah, Lingkar Baca Rahima dan berbagai organisasi keulamaan perempuan termasuk pendirian Ma’had Aly di Pondok Pesantren Kebon Jambu Babakan Ciwaringin Cirebon guna mencetak kader Ulama Perempuan yang diresmikan oleh Menteri Agama pada waktu itu, juga tak luput konsolidasi bersama PP As-Sa’idiyyah 2 Kabupaten Jombang.
Sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Pra Kongres, KUPI juga mengundang Ibu Nyai Pengasuh Pesantren dan Majlis Ta’lim Jawa Bagian Timur untuk hadir pada, Kamis-Jum’at, 6-7 Oktober 2022, yang ditempatkan PP. As-Sa’idiyah 2 Bahrul Ulum, Tambakberas. Jombang.
Sedangkan KUPI II akan dilaksanakan pada 23-26 Nopember 2022 dengan dua kegiatan besar yaitu; Seminar Internasional, pada 23 Nopember 2022 di UIN Wali Songo Semarang dan Kongres Ulama Perempuan Indonesia pada 24-26 Nopember 2022 di Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri Jepara Jawa Tengah. Kegiatan ini mengambil tema “Meneguhkan Peran Ulama Perempuan untuk Peradaban yang Berkeadilan,” gelaran KUPI di PP. As-Saiidiyah 2 Bahrul Ulum adalah kegiatan Pra Kongres dengan melibatkan para tokoh Nasional maupun Lokal. (rani)