Dakwah KH. Luthfi Bashori Padukan Metode Malaikat Jibril dan Isra’

oleh -781 views

MALANG, KN – Banyak cara orang berdakwah, bisa dengan cara formal atau non formal, dakwah dengan cara formal dapat melalui lembaga pendidikan, sementara non formal dapat dilakukan kapan saja yaitu, pada waktu yang memungkinkan, ketika santai bersama banyak teman atau para tamu, tetapi pada intinya berdakwah adalah membicarakan hal hal yang berguna untuk meningkatkan ketaqwaan, atau menggugah kesadaran seseorang akan pentingnya menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.


Seperti halnya yang dilakukan KH. Luthfi Bashori, Pengasuh Pondok Pesantren Ribath Al Murtadla Al Islami Singosari Malang, penerus perjuangan Almarhum KH. Bashori Alwi. Ia menceritakan perjalan dakwahnya serta metodenya yang dipakai selama ini, “Suatu saat saya bercakap-cakap dengan ayahanda, terkait sistem pembelajaran Al-Qur’an, beliau mengatakan bahwa yang beliau terapkan itu diberi nama metode Malaikat Jibril,” tutur Gus Luthfi yang notabene putra Kiai Bshori Alwi. .
Dijelaskan, bahwa yang dimaksud metode Malaikat Jibril itu adalah seperti yang dilakukan Malaikat Jibril ketika mengajari Nabi Muhammad Sollahualaihi wassaalam, “Maksudnya adalah metode Talaqqi atau Sama’I yakni, guru membaca, murid menirukan, ketika itu ayahanda sebagai seorang guru dan master pembelajaran Al-Qur’an, selalu menalqin satu persatu ayat Al-Qur’an kepada para muridnya dimulai dari surat Al-Fatihah, lantas Al-Baqarah hingga berakhir surat Annaas, dan tentunya membutuhkan waktu cukup lama untuk mengkhatamkan 30 juz,” jelasnya.
Setelah mereka ditalqin seperti itu, lanjutnya, “Setelah mereka diTalqib seperti itu, barulah dipraktekkan dengan cara setiap murid diperintah untuk membaca bergantian dan bergiliran antar mereka, yang juga didengarkan secara langsung oleh ayahanda, dan ini bisa dikategorikan sebagai metode Al-Qira’ah ‘alas syaikh (murid membaca, guru menyimak). Dalam sebuah riwayat dikatakan, seperti itulah dahulu Malaikat Jibril saat mengajarkan Alquran kepada Rasulullah SAW,” lanjutnya.
Metode kedua adalah metode Isra’ yakni, dengan mengadopsi salah satu peristiwa dalam kehidupan Rasulullah SAW. “Di awal kali berdakwah di tengah masyarakat, yaitu setelah pulang dari Makkah tahun 1991, saya berkeliling Malang Raya dengan naik motor, kemudian semakin lama saya memilih naik mobil umum, jika diundang ceramah oleh masyarakat di luar kota Malang. Setelah itu berlanjut naik mobil pribadi dan akhirnya naik pesawat dan lain sebaginya, terutama jika ke Jakarta atau ke luar pulau Jawa, apalagi ke Malaysia,” kata Gus Luthfi menjelaskan.
Dijelaskan lagi, bahwa yang dakwah yang dilakukan teringat peristiwa Isro’ Mi’roj, ’Saya teringat ayat terkait peristiwa Isro’ Mi’roj, Bahwa, Rasulullah SAW itu di-isro’kan dari Masjid Al-Haram Makkah menuju Masjid Al-Aqsha Palestina, dengan naik Buraq. Menurut sebagian ulama, peritiwa Isro’ itu adalah perjalanan Ardliyah (di seputar lingkungan bumi). Sedangkan Mi’raj itu adalah perjalanan Samawiyah (naik menembus langit).
“Dari peristiwa Isro’ inilah saya katakan, bahwa saya pun dalam bersafari dakwah ingin meneladani Isro’nya Rasululluh SAW, yaitu dengan naik kendaraan baik di darat, laut maupun udara, dan tujuannya dari satu Masjid ke Masjid yang lain. Kedua metode di atas juga seringkali dipraktekkan dalam dunia pembelajaran Ilmu Hadits Nabawi di kalangan para imam ahli sanad atau para perawi Hadits,” katanya.
Dengan berbagai pengalaman dakwah tersebut, kiai asal Malang ini berharap para Santri dan Murid mengadopsi dua metode Dakwah tersebut, “Saya pribadi sering mengatakan di majelis, khususnya kepada para murid yang bertugas khidmat membantu perjalanan Safari Dakwah saya ke berbagai tempat agar mengadopsi salah satu peristiwa dalam kehidupan Rasulullah SAW,” harapnya.
Lain dengan Kiai Khoirul Anam, Pengasuh Pondok Pesantren Tahfid di Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, ia menilai berbagai cara dapat dipergunakan sebagai kegiatan Dakwah, “Bang Haji Roma Irama itu juga berdakwah tetapi melalui hiburan dengan sonetanya mengajak kita untuk mengingat Allah SWT, saya tidak tahu metode apa yang dipakai yang jelas menghibur tetapi juga dakwah,” kata Kiai Anam.
Tetapi tambahnya, dirinya juga sepakat dengan Kiai Luthfi karena model dakwah yang disampaikan paling ideal, “Kiai Luthfi adalah kiai yang sudah malang melintang dalam berdakwah, saya sangat kagum dengan beliau, dua model dakwah yang disampaikan itu yang menurut saya ideal patut kita tiru,” tambahnya. (aburani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.