JOMBANG, KN – Istighotsah Komisariat IKAPPDAR Jombang (Ikatan Alumni Pondok Pesantren Darul Ulum) ke 26 digelar pada Sabtu malam 10 September 2022, sebagai sohibul bait adalah Adib Hamdani, alumni PP DU yang juga warga Desa Janti, Kecamatan Jogoroto. Ustad Bustomi seperti biasa didapuk sebagai Imam istighotsah, yang juga salah seorang Pengurus IKAPDDAR Jombang.
Menurut Achmad Yahya Pengurus IKAPDDAR sekaligus sebagai korlap disetiap pelaksanaan istighotsah mengatakan bahwa, Istighotsah IKAPPDAR terus berjalan, “Alhamdulillah Istighotsah IKAPPDAR terus berjalan sesuai rencana, kalau yang hadir pasang surut itu biasa, banyak yang ijin memang sedang sibuk, sedang luar kota, tetapi yang terpenting tidak mengurangi semangat dalam beristighotsah,” katanya dengan gaya kalem.
Ditambahkan, rata rata alumni seratus persen mendukung kegiatan Istighotsah, “Alumni yang saya temui mendukung semua bahkan tidak hanya mendukung juga memberi support dengan bentuk rumahnya ditempati kegiatan IKAPPDAR,” kata Perawat Bedah di RSNU Jombang ini.
Seperti kegiatan IKAPPDAR sebelumnya pada setiap usai istighotsah ada mauidloh disampaikan oleh jajaran Masyayikh dari Pesantren Darul Ulum, pada kesempatan kali ini jajaran masyayikh yang hadir HM. Shobih Hannan, S.Ag. MM atau yang akrab Gus Shobih.
Saat memberi tausyiah Gus Shobih tidak henti-hentinya mengajak jamaah untuk bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup, “Dua tahun kita dilanda penyakit hingga tidak bisa apa-apa, sekarang kita masih diberi hidup kita termasuk manusia yang dipilih Gusti Allah untuk itu kita harus bersyukur,“ ajak Gus Shobih saat membuka tausyiahnya.
Ia menjelaskan bahwa ungkapan syukur dapat dilakukan dengan berbagai cara, tetapi intinya kita syukur hanya kepada Allah, “Jika kepada sesama manusia dalam bentuk ucapan terima kasih, kita juga niatkan syukur kepada Allah, itu juga bentuk syukur kepada Allah, meski yang kita inginkan belum kita pegang kita tatap harus banyak bersyukur, karena Allah yang lebih tahu akan kebutuhan kita,” jelasnya.
Lebih lanjut disampaikan bahwa dalam kehidupan nyata yang dapat menyelamatkan kita adalah rahmat Allah, “Kita melaksanakan Istighotsah seperti ini berharap akan rahmat Allah, dalam sebuah keterangan dikatakan dalam setiap majelis dzikrullah ada malaikat yang memintakan maaf kepada Allah, inilah keutamaan kita melakukan istighotsah karena semua tujuan hidup ini adalah meminta ridlo atau rahmat Allah SWT,” lanjut Gus Shobih dengan mantab.
Ditegaskan, bahwa usaha dunia harus sambung dengan akherat, “Buat apa kalau dunia tidak ada manfaatnya untuk kepentingan akhirat, di Dunia kita tidak perlu takut, Al Quran dalam Surat Fussilat ayat 30 menjelaskan, jika kita meneguhkan pendirian kepada Allah, kita tidak boleh takut atau bersedih, ini salah satu pokok ajaran agama, ini penting apapun profesi kita,” tegas Gus Shobi yang beri tugas di Biro Alumni dan IKAPPDAR oleh para Masyayikh.
Ia lalu menjelaskan pentingnya pendidikan agama pada anak para alumni, menurutnya peranan orangtua tidak boleh dianggap remeh, karena dasar pendidikan adalah dari orangtua, “Kita sebagai orang tua harus mau mengajar anak kita sendiri, kita ajari dia mengejah Al Quran, ini sangat penting, sekali lagi orang tua harus mau mengajari ngaji, dasar dasar agama yang begini akan terkenang nanti jika dia sudah besar,” jelasnya.
Diingatkan bahwa zaman sekarang pergaulan luar biasa, banyak orang tua kawatir anaknya tergelincir pada pergaulan bebas, “Buktinya pondok overload (penuh) ini tandanya banyak orang tua kawatir, kita masih diberi kesempatan memperbanyak amalsholeh, kita harus dengan serius menjalankan perintah Allah, rahmat Allah harus kita raih dengan apapun caranya, bisa dengan cara simpatik kepada orang, sama kajeng Nabi hati kita harus nyambung,” ingatnya.
Ia lalu menceritakan bahwa pada suatu ketika ada sahabat bertanya ketika kejeng Nabi sedang menjelaskan masalah kiamat, “Sahabat yang bertanya ini dari kalangan baduwi, dia memang kritis Nabi memang tidak menjelaskan kapan waktu Kiamat, “Kapan itu kiamat kejeng Nabi,? Kajeng Nabi mengabaikan pertanyaan itu, akhir sampai tiga kali dia bertanya, lalu Kajeng Nabi balik bertanya, Apa yang engkau persiapkan menghadapi kiamat, kemudian lelaki itu menjawab, cinta kepada Allah dan Rasulnya, kemudian Nabi menjawab sesungguhnya kamu akan bersama orang orang yang kau cintai,” tutur Gus Shobi.
Yang dapat kita ambil hikmahnya dari penjelasan Kajeng Nabi tersebut, tambah putra Kiai Channan Maksum, bahwa segala sesuatu perlu setrategi, “Ini mungkin yang harus kita angan angan, kita mau ke surga ya harus dengan strategi,” tambahnya. (mu)