Islam Moderat Jadi Bahasan di Pembukaan Musykerwil ISNU Jatim

oleh -999 views

SURABAYA, KN– Setelah sukses menguatkan sistem kelembagaan dan membangkitkan Cabang Cabang di seluruh Jatim, ISNU Jatim menyelenggarakan Muskerwil ke-3.

Pembukaan Musykerwil dilakukan di Kantor PW NU Jatim, didahului pelaksanaan halaqoh dengan menghadirkan Prof. Drs. Kacung Marijan, MA., Ph.D.

Selain dihadiri pengurus PW, halaqoh juga diikuti pengurus badan otonom, lembaga dan badan khusus NU Jawa Timur. Hadir diantaranya, Ketua Dewan Pensehat ISNU Jatim, Prof. Dr. KH. Shonhadji Sholeh, Dip.IS., Ketua LPTNU Jatim, Prof. Dr. Jazidie, MA., Ketua ISNU Kabupaten dan Kotaserta undangan lain.
Selama 2 tahun sebelumnya, ISNU Jatim menyelenggarakan kegiatan-kegiatan sarasehan dan seminar nasional, penelitian, pengabdian kepada masyarakat dan penulisan buku serta menguatkan kerjasama secara terpadu dengan pemerintah, antar Banom dan bahkan lembaga nasional seperti Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP).

Ketua PW ISNU Jawa Timur dalam sambutannya menyatakan, kini ISNU Jatim bekerja lebih terpadu dan sistematis. ISNU bertekad membantu mengisi kebutuhan strategis NU untuk menguatkan akademik, pengembangan perguruan tinggi dan kebangsaan.

Di bidang pengkaderan, ISNU akan melanjutkan MKNU dengan target 1000 kader. Di bidang pengabdian dan kesehatan ISNU Jatim bekerjasama dengan Asosiasi Rumah Sakit NU, Pehimpunan Dokter NU, dan Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur serta Dinkes Kabupaten dan Kota melakukan vasksinasi di tiga Pondok pesantren, kawasan Perguruan Tinggi dan masyarakat selama 3 bulan, mulai Agustus-Oktober 2021.

Di bidang teknologi informasi, PW ISNU Jatim membangun website sebagai rumah informasi dan sosialisasi program. ISNU Jatim juga membangunan basis ilmiah dan penguatan Aswaja dengan membangun DINUN, Dai Nusantara Network yg berisi para ahli agama dan ahli IT.

“ISNU Jatim menjadi salah satu Banom NU yang sangat dinamis dan maju. Dalam menyongsong tahun 2022 dan 2023, ISNU ingin mengajak naik kelas dalam tata kelola organisasi, “ ungkap Guru Besar Ilmu Pemerintahan UNISMA ini.

Prof. Kacung Marijan dalam halaqoh tersebut menjelaskan, NU dengan Islam wasthiyahnya (moderat) harus menjadi ajaran agama yang dibutuhkan oleh masyarakat. Agar paham tersebut bisa diterima oleh masyarakat muslim secara luas, maka harus disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat (demand). Jika supply dan demand bertemu, maka ajaran agama Islam wasathiyah an nahdliyah akan bisa diikurti oleh seluruh kalangan masyarakat muslim, bukan hanya di dunia, melainkan secara global.

Prof. Kacung menjelaskan, NU sebagai jam’iyah dengan pengikut terbesar di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar apabila mulai dari komunitas-komunitas, kelompok-kelompok, hingga struktural pengurus NU bersama-sama memenuhi demand yang diinginkan oleh masyarakat. Hal ini bisa terjadi jika NU tidak hanya berkonsentrasi pada politik.

“Kalau kita ingin memperkuat Islam Wasathiyah itu maka tidak hanya di sector politik, tapi kekuatan-kekuatan pondok pesantren, kemudian kekuatan modern, misalnya seperti perguruan tinggi, kekuatan ekonomi, pendidikan dan sebagainya,” Ujar Guru Besar yang menjabat Wakil Rektor I Universitas NU Surabaya ini (*Isnu-bml).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.