JOMBANG, KN – Pada Kamis (23/9) lalu Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Putri 1 Desa Jarakkulon Kecamatan Jogoroto menggelar acara seminar dengan tema “Bincang Santai Jurnalistik”, kegiatan ini sebagai pengetahuan yang wajib diikuti bagi santri HQ Putri I, agar santri dapat membedakan mana informasi hoax dan mana informasi yang benar.
Dalam helatan bincang jurnalistik ini, diundang seorang pemateri yang sudah cukup lama berkecimpung di dunia jurnalistik, yakni, H. Muhtazuddin, S.H yang akrab disapa Pak Muh, juga sebagai penasehat PPS HQ (Pondok Pesantren Salafiyah Hamalatul Qur’an) di Desa Sawiji, acara dipandu langsung oleh seorang moderator yang tidak lain dari kalangan santri sendiri.
Selain pemateri dan moderator serta Ustadz Mahmud Syahro Wardi selaku Pengasuh PPHQ Putri I, hadir juga tamu kehormatan yang tak lain adalah Romo KH. Ainul Yaqin, SQ, Pengasuh Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an. KH. Syafi’i Zainuddin dan Habib Anis Al Habsi Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Qur’an Probolinggo.
Dalam kesempatan tersebut, Pak Muh menyampaikan bahwa jurnalistik berasal dari catatan harian terkait aktifitas yang perlu mendapat perhatian masyarakat luas sehingga harus dipublikasikan, “Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa diary harian yang biasa ditulis oleh banyak kalangan termasuk juga santri sudah bisa dikatakan bagian dari karya jurnalistik, cuman persoalannya, diary tersebut memang harus publikasikan atau tidak, saya kira disitu bedanya, karena karya jurnalistik adalah sebuah karya yang diperuntukan publikasi, siapapun bisa membaca karena sifatnya informasi, jadi pada hakekatnya karya jurnalistik tersebut adalah sarana komunikasi,” katanya lagi.
Ditambahkan, gaya pelisan boleh saja dipoles sedemikian rupa, tujuannya agar pembaca tertarik, akan tetapi tetap berpijak pada fakta, data dan kejujuran, tanpa ada kejuruan karya jurnalistik hanya akan menjadi bualan semata atau omong kosong belaka, saya melihat ada pontesi sangat besar pada anak anak santri, buktinya karya tulis anak anak santri luar biasa, tinggal butuh sedikit polesan agar pembaca tertarik. Dan lagi yang perlu diperhatikan dalam penilusan berita atau laporan karya jurnalistik harus menghindari kepetingan individu penulis,” tambahnya.
KH. Ainul Yaqin dalam seminar tersebut juga menjelaskan bahwa,”Pada dasarnya penulisan karya jurnalistik wajib berpijak pada kalamullah Al Qur’an agar pembuat karya jurnalistik dapat mengajak pembaca mempelajari firman Allah dengan baik dihubungkan dengan kehidupan sehari hari, jika hal itu bisa dilakukan maka kedamaian akan tercipta, sebab semua sendi kehidupan ini harus disambungkan dengan wahyu Allah SWT dan Rasulnya, dan lagi Al Qur’an dan Al Hadist tersebut menjadi pendoman umat manusia sepanjang masa, terkait karya jurnalistik sudah barang tentu menceritakan atau memberi kabar peristiwa sebagai sebauh informasi kepada sesama, tujuannya bukan hanya memberi informasi akan tetapi juga memberi solusi dan edukasi,” katanya
Sekali lagi, lanjutnya, Al Qur’an, Al Hadist, Ijma’ dan Qiyas, sebagai dasar hidup harus menjadi dasar seorang jurnalis muslim, “Apalagi seorang jurnaslis santri, wajib memiliki dasar itu, dan lagi sampai hari ini tidak ada yang mampu menandingi kesempurnaan Al Qur an dalam segi apapun, baik dari segi penulisan pengucapan maupun pengartian dalam lingkup yang luas,” lanjutnya.
Habib Anis Al Habsyi yang ikut hadir dalam seminar tersebut juga menambahkan sedikit pesan untuk para santri yang ingin berkecimpung didunia kepenulisan atau jurnalistik, beliau menyampaikan bahwa tujuan kita menghafal itu bukan hanya untuk hafal semata,tapi harus ada tujuan yang lebih haqiqi dari sekedar hafal,dan itu sama juga dengan dunia kepenulisan, sebelum kita mulai berkecimpung didunia jurnalistik hendaknya menata niat dan mencari tujuan yang lebih haqiqi dari sekedar menulis, seperti yang dikatakan Gus Dur “Jika kamu ingin mengenal dunia, maka membacalah!,dan jikalau kamu ingin dikenal dunia, maka menulislah,” tambah Habib.
Dikatakan, Habib Anis Al-Habsi, bahwa, Jika telah selesai mencari ilmu maka siarkanlah atau sebarkanlah apa telah didapatkan kepada orang lain, “Jika sudah hatam dan benar benar paham akan kadungan al Qur’an maka siarkalah, kegiatan menyiarkan tersebut juga termasuk kegiatan jurnalistik, disamping itu ada nilai barokah yang didapat jika kita mau menerapkan ilmu yang kita dapatkan,” kata Habib lagi.
KH.Syafi’i dalam kesempatan tersebut mengatakan, ”Jadilah kamu pembantunya Allah sebelum kamu menjadi pembantunya manusia, jadi, ketika kita ingin mendapat kemudahan dan keberhasilan hidup baik di dunia maupun di akhirat maka jadilah pembantunya Allah . Seperti, menjadi seorang guru yang mengajarkan ilmu agama atau mengajarkan cara membaca Al-Qur’an kepada anak-anak di musholla,” kata KH. Syafi’i.
Lebih dari itu ia minta para santri menanamkan kebaikan dimanapun berada,”Tanamkan kebaikan dimanapun kapanpun,dan kepada siapapun meski melalui karya jurnalistik, jangan pernah punya angan-angan untuk memanennya, Hal ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari kita agar kita mendapatkan kesejahteraan dalam hidup,” pintanya.