Agus Purnomo: Masjid Pendidikan khotmil Qur’an sampai petugas sholat jumah terjadwal (habis)

oleh -702 views
Kiai Muda siap dibarisan Gus Fahmi

JOMBANG, KN – Selain mengkisahkan satu kaum Nabi Musa yang telah berbuat maksiat selama 200 tahun, ia juga menceritakan Abu Lahab, meski sudah digaris masuk Neraka, tetapi Abu Lahab setiap hari Senin mendapat keringanan siksa dari Allah karena sempat gembira mendengar kelahiran Nabi, “Abu Lahab ini orang musyrik sudah dijamin masuk Neraka, tetapi setiap hari Senin Allah memberikan keringanan siksanya, diringankan oleh Allah, kenapa. Karena ketika dia mendengar kelahiran Nabi Muhammad SAW, di hatinya gembira, walaupun ketika Nabi beranjak menjadi dewasa dan diangkat menjadi Nabi dan Rasul, timbul kebencian dan bahkan dia ingin membunuh Nabi. Meski begitu setiap hari senin diringankan siksanya karena berkah gembiranya hati mendengar kelahiran baginda Nabi Muhammad SAW,” tuturnya.

Pengasuh Pondok Pesantren Putri Tebuireng Jombang ini mengajak khususnya kepada para Jamaah Masjid Pendidikan Disdikbud agar apa pun yang ada pada Baginda Rasul menjadi inspirasi, “Apa itu uswatun hasannah suri tauladan yang baik, sesuatu yang harus kita contoh, apa pun yang ada pada diri Kanjeng Nabi itu harus menjadi inspirasi bagi kita, Kanjeng Nabi dijadikan model oleh Allah, karena itu hendaknya apa yang ada pada Kanjeng Nabi menjadi inspirasi, tentu banyak, tetapi tentu kita tidak bisa seratus persen mencotoh Kanjeng Nabi, kalau tidak bisa seratus persen, ya sembilan puluh tidak mampu sembilan puluh turun lagi delapan puluh persen, yang penting jangan sampai tidak ada sesuatu yang kita contoh dari Bagida Nabi,” ajaknya.

Ditambahkan, “Untuk meniru Kanjeng Nabi yang mampu itu apa? Pilih satu atau dua, yang pertama ibadanya sholatnya, apakah ada orang disini sholatnya sampai kakinya bengkak, yang ada sudah bengkak baru mau sholat, paling tidak mencontoh sholat jamaahnya, jadi ambil sisi jamaahnya, kalau tidak bisa sholat lama lama, ikut jamaahnya saja dalam mencontoh Kajeng Nabi jadi ambil sisi jamaahnya, kalau Masjid dibangun bagus jangan sampai tidak ada jamaahnya,” tambahnya.

Ada pelajaran dari Gus Dur yang bisa diambil hikmahnya, tuturnya lagi, “Ada satu cerita zaman sugengnya Gus Dur, beliau bertemu dengan Komar pelawak yang pernah menjadi anggota DPR RI, dalam satu acara, Gus Dur bertanya sama Komar, Mar kalau ente sholat lalu ada mobil lewat bunyikan klakson ente dengar apa tidak, dijawab sama Komar, ya dengar Gus, berarti ente sholatnya tidak khusyuk. Kehendak Gusti Allah Komar bertemu lagi sama Gus Dur pada acara yang lain, entah lupa apa bagaimana, Gus Dur bertanya lagi sama Komar, Mar ente kalau sholat lalu ada mobil lewat membunyikan klakson dengar apa tidak, tanya Gus Dur, Komar yang merasa pernah ditanya Gus Dur seperti itu hati hati menjawab, dijawab oleh Komar, tidak dengar Gus, kalau begitu ente budek. Kita bisa mengambil pelajaran apa itu khusyuk,  sehingga khusyuk  tidak Khusyuk itu bukan urusan telinga,”ujar Gus Fahmi.

Sementara itu, Gus Habib melihat dari sisi amaliah kegiatan Maulid, menurutnya kadang memang ada yang tidak setuju dengan model kegiatan maulidan yang kerap digelar pada kebanyakan warga NU, atau tetapi itu cuman model kegiatannya, esensinya mereka membaca sholawat, “Terkadang ada beberapa orang yang tidak setuju dengan cara kita dalam perayaan Maulid Nabi SAW. Padahal tidak hanya warga NU di Indonesia yang mengadakan Maulid Nabi Muhammad SAW, tetapi mayoritas negara yang berpenduduk Muslim juga sama-sama mengadakan Maulid Nabi SAW,” kata Kiai yang juga aktif pada kegiatan MUI di Peterongan Jombang.

Kiai yang juga menerima anak Mahasiswa mondok sambil kuliah di Pule Peterongan ini lalu menjelaskan dalil dalil perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, “Dalam Al Qur’an diperintahkan berdzikir, berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring.  Dzikir merupakan perintahnya, sedangkan teknisnya terserah kita, duduk, berdiri, berbaring di Rumah, di Masjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung kepada situasi dan kondisi asal tidak melanggar ketentuan syariat,” katanya.

Dikatakan lagi, ibadah membaca shalawat teknisnya terserah kita. Boleh sholawat yang panjang, pendek,  boleh syair, yang penting membaca shalawat kepada Rasulullah saw. dan mengajak kebaikan kepada semua yang hadir dalam majelis,  dan yang seperti ini masuk kategori dakwah, Al Quran surat an-Nahl 125, Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik, “lanjutnya.

Terkait peringatan hari santri, menurutnya juga penting, apa lagi di Jombang, “Pada intinya Semua orang yang menerima  kebaikan dan semua orang tanpa memandang usia yg masih ingin meneladani Nabi lewat ngaji dan nderek ngaji ke Kyai. maka mereka semua adalah Santri. mengikuti Nabi dan meneruskan perjuangan Nabi tanpa belajar kepada kyai adalah mustahil. sebab kita hidup tidak di zamannya Nab saw. jadi untuk mengerti betul tentang Nabi pintunya adalah para Kyai, karena itu, penting juga peringatan hari santri dan sejenisnya,” katanya lagi.

Demikian juga disampaikan,  Agus Purnomo, SH, M. Si, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Jombang bahwa, Masjid Pendidikan merupakan tempat kegiatan keislaman khususnya warga Dinas Pendidikan bahkan sudah terjadwal, “Satiap Jumat yang pasti ada kegiatan sudah kita bagi dalam setahun, jadi sudah kita piket mulai khotmil Qur’an sampai petugas sholat jumah,” kata Kepala Dinas. (mu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.