Oleh KH Khoirul Huda B.Sc
JOMBANG | KABARNAHDLIYIN.COM – Dalam hidup ini, manusia tidak bisa berjalan sendirian. Kita butuh teman untuk berbagi cerita, tempat bersandar saat susah, dan orang yang ikut bahagia saat kita senang. Tapi persahabatan sejati bukan cuma soal tertawa bersama atau sering nongkrong bareng. Ada hal-hal lebih dalam yang menjadi ruh dalam sebuah persahabatan.
Salah satu hal terindah dalam persahabatan sejati adalah saling mendoakan. Bahkan, seringkali doa terbaik kita panjatkan bukan di hadapan teman, melainkan ketika kita sedang sendirian. Di waktu-waktu sunyi, kita berbisik pada Tuhan:
“Ya Allah, berikanlah kesehatan, kebahagiaan, kelancaran rezeki, dan keselamatan bagi sahabatku. Ampunilah dosanya, dan jagalah dia dalam kebaikan.”
Kadang kita tidak mengabari sahabat bahwa kita sedang mendoakannya. Tapi justru itulah bentuk ketulusan yang luar biasa. Persahabatan sejati bukan untuk dipamerkan, melainkan dijaga dengan hati yang bersih.
Persahabatan sejati tidak putus hanya karena kematian. Dalam banyak tradisi, terutama di kalangan Nahdlatul Ulama (NU), ada kebiasaan mendoakan teman atau kerabat yang sudah meninggal dunia. Bukan untuk menyombongkan leluhur atau silsilah keluarga, melainkan sebagai bentuk rasa hormat dan kasih sayang.
Mendoakan orang yang sudah tiada dianggap sebagai salah satu sedekah terbaik. Doa-doa itu menjadi penerang bagi mereka di alam kubur. Kita memohon agar Allah melapangkan kuburnya, menerima segala amal baiknya, dan memberikan ketabahan kepada keluarga yang ditinggalkan.
Begitulah persahabatan, melampaui batas waktu dan ruang. Bahkan ketika kita tak lagi bisa bertatap muka, doa tetap menjadi pengikat hati.
Salah satu ajaran penting dalam persahabatan adalah tidak membebani orang lain. Kita diajarkan untuk berusaha mandiri, melakukan apa yang kita mampu tanpa selalu berharap bantuan. Ini bukan soal gengsi, tapi soal tanggung jawab sosial agar tidak memberatkan sahabat kita.
Abu Bakar Ash-Shiddiq RA, sahabat terdekat Nabi Muhammad SAW, adalah contoh nyata. Walau beliau pernah menjadi khalifah, pemimpin umat, beliau tetap berusaha bekerja sendiri, tidak menyuruh orang lain melakukan hal-hal kecil yang bisa ia kerjakan sendiri.
Sikap ini mengajarkan kita supaya peka terhadap keadaan orang lain. Ketika sedang antre, misalnya, kita rela memberi jalan bagi teman kita yang lebih membutuhkan. Namun, kalau keadaannya sama-sama darurat, mendahulukan diri sendiri juga tidak dilarang, asal tidak mengesampingkan kepentingan bersama.
Persahabatan sejati juga berarti menjaga aib dan perasaan sahabat. Saat kita sedang menghadapi masalah berat, kita tidak harus mengumbar semua kesedihan kepada banyak orang. Bukan berarti kita menutup-nutupi keadaan, tetapi agar tidak membebani orang lain secara emosional.
Namun, sebaliknya, ketika sahabat kita sedang tertimpa musibah, kita justru dianjurkan untuk menunjukkan empati. Nabi Muhammad SAW sendiri pernah menangis karena sahabatnya tertimpa kesedihan. Air mata beliau adalah bukti kasih sayang, bukan tanda kelemahan.
Menangis bersama sahabat yang sedang berduka adalah bentuk solidaritas. Kita tidak malu memperlihatkan rasa peduli kita. Karena kadang, pelukan dan air mata lebih menyembuhkan daripada seribu kata-kata.
Banyak orang keliru menganggap bahwa sahabat sejati harus selalu bersama, ke mana-mana bareng, atau tinggal di lingkungan yang sama. Padahal, persahabatan sejati tidak selalu diukur dari frekuensi pertemuan.
Ada teman yang mungkin hanya kita temui sesekali. Bahkan ada yang hanya kita kenal lewat pesan singkat atau media sosial. Tapi ketika ada masalah, mereka yang pertama mengulurkan tangan, bertanya kabar, atau diam-diam mendoakan kita.
Persahabatan sejati tidak bergantung pada jarak, tetapi pada ketulusan hati. Mungkin kita tidak selalu bisa membantu secara materi, tetapi doa dan perhatian adalah bentuk bantuan yang sangat besar nilainya.
Menjadi sahabat sejati bukan hal mudah. Kita perlu belajar banyak hal: memahami, memaafkan, berempati, dan tidak mudah tersinggung. Sahabat sejati juga mengingatkan kita saat salah, bukan hanya membenarkan apa pun yang kita lakukan.
Persahabatan yang tulus membuat hidup terasa lebih ringan. Saat kita terjatuh, sahabat yang baik tidak hanya berkata sabar, tetapi juga membantu kita bangkit. Saat kita senang, sahabat yang baik ikut bahagia, bukan iri atau berpura-pura mendukung.
Persahabatan sejati adalah salah satu nikmat besar yang diberikan Allah. Melalui sahabat, kita belajar sabar, belajar ikhlas, dan belajar bersyukur. Sahabat sejati adalah penolong di dunia, dan semoga kelak menjadi teman kita menuju surga.
Mari rawat persahabatan dengan hati yang bersih. Karena sahabat sejati adalah salah satu jalan menuju kebahagiaan di dunia, sekaligus keselamatan di akhirat.












