JOMBANG, KN – Hari Sabtu (30/1) waktu menunjukkan Jam 1.00 WIB di Dusun Kemirigalih, Desa Sawiji, Kecamatan Jogoroto agak istimewa pasalnya, Jamiyyah Manakib, Padepokan Galih Aji bersama Santri Pondok Pesantren Salafiyah Hamalatul Qur’an (PPS HQ) sedang menyelenggarakan Peringatan Hari Lahir NU ke 96, Tampak anggota Jamiyyah terdiri dari ibu – ibu dan beberapa anggota Padepokan Galih Aji memadati pelataran ngaji di Musholla Roudlotus Shofiyyah Al Manshuriyah, sementara itu sekitar 120-an santri PPS seluruhnya berada di halaman depan Musholla terlihat khusyu’ mengikuti prosesi HUT NU ke 96.
Nahdlatul Ulama memang organisasi tempat berkumpulnya para Ulama karena itu, memiliki daya tarik tersendiri bagi kaum santri dan Jamiyyah Manakib. Kenapa Ulama harus berkumpul? untuk menjaga dan melestarikan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, “Tidak lain organisasi NU lahir adalah untuk menjaga dan melestarikan ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, juga untuk mejaga aqidah warga NU, jangan sampai lepas dari ajaran Ahlussunnah Wal Jamaah, makanya dalam kesempatan ini kita juga mengajak para jamaah untuk menjaga dan mengamalkan ajaran Aswaja,” kata Ustad Moh Rizqi Maulana, Ketua Panitia Harlah NU ke 96 ketika berada dilokasi Harlah.
Lelaki asal kediri ini mengaku tidak peduli dengan dinamika organisasi NU yang terjadi akhir akhir ini, apalagi dinamika NU usai Muktamar ke 34 di Lampung, soal periode misalnya, hasil Muktamar menetapkan bahwa periodesasi NU adalah 2021-2026, sementara Pengurus PBNU ditetapkan periode 2022-2027 menurutnya tidak masalah, “Yang begini – begini tidak perlu dipermasalahkan, bagi saya ukurannya apa yang diperjuangkan oleh PBNU sekararang, kalau tidak sesuai dengan apa yang digariskan oleh para pendiri NU yang tidak usah diikuti, gitu saja kok repot,“ kata Rizqi dengan nada santai menirukan gaya Gus Dur.
Terkait banyaknya atau adanya pengurus PBNU perempuan, menurutnya hal itu memang aneh, “Ibu Nyai menjadi Pengurus PBNU ini memang aneh, menurut Kiai Saya. Tetapi buktinya terjadi di PBNU yang sekarang, saya sendiri tidak nutut mikir kesana, ya kita serahkan saja kepada para Alim-Ulama NU. Kita berfikir positif saja, pasti Allah Subhanahu wa ta’ala akan memberi manfaat dari semua itu. Tetapi apakah kedepan akan merubah postur gerak langkah PBNU wallahualam, kita lihat saja, yang penting kita sekarang bisa khurmat kepada mBah Hasyim Asy’ari selaku pendiri NU dengan mengadakan Harlah NU ke 96 meski dengan sangat sederhana, santai saja melihat PBNU sekarang,” katanya lagi.
Dijelaskan, bahwa pijakan perjuangan NU sebagai organisasi sudah jelas, yakni, memelihara, melestarikan, mengembangkan dan mengamalkan ajaran Islam yang berhaluan ahlussunnah wal jamaah, “Saya kira patokannya kita ber-NU itu tidak ada yang lain, ya itu tadi, jika dalam perkembangannya ada yang aneh aneh yang kita hindari saja, toh sudah menjadi sunnatullah bahwa semakin lama dunia ini akan semakin rusak, dan hancur terus kiamat, dan yang penting lagi harus kita perhatikan, bahwa, “Sesungguhnya orang orang yang beriman itu bersaudara, maka berbuat baiklah diantara sesama,” katanya lagi dengan mengutip ayat Al Qur’an.
Kegiatan Harlah NU ke 96 ini, diawali dengan pembacaan Ummul Qur’an, yang dibawakan oleh Akhmad Syafiul H, salah satu Santri PPS HQ, dilanjutkan dengan pembacaan Manakib bersama para jamaah dipimpin oleh Ustad Muhtazuddin, dan pembacaan tahlil di Pimpin oleh Ustad Moh Rizqi Maulana dilanjutkan pemotongan tumpeng, acara dilanjutkan dengan penampilan al banjari santri PPS HQ, hingga paripurna. (rani)