JOMBANG, KN – KH. Azam Chaeruman Najib akrab disapa Gus Heru adalah merupakan cucu pendiri NU KH. Wahab Chasbullah, pada Konfercab PCNU Jombang (5/6) lalu, ia menjadi Ketua Pantia dalam gelaran itu, Media Kabar Nahdliyin online tidak banyak mendapat informasi dari pucuk pimpinan pelaksanaan Konfrencab tersebut, karena ia kelihatan sibuk saat acara Konfercab berlangsung, bahkan saat waktu sambutan atasnama Ketua Panitia Pelaksana Konfercab Gus Heru juga tidak tampil.
Apa memang posisi Cucu pendiri NU itu hanya sebagai ban serep-Nya Gus Salman, artinya jika Gus Salman berhalangan hadir baru Gus Heru bisa tampil. Dan secara kebetulan memang Gus Salman ketika memberi pidato dalam acara pembukaan Konfercab layaknya seperti juga merangkab sebagai panitia. “Ketua panitianya kemana kok tidak memberi sambutan,” tanya mustamiin kala gelaran itu berlangsung.
Tidak diragukan lagi memang akan kemampuan Gus Salman, ia mampu mewujudkan cita cita PCNU Jombang memiliki Kantor yang megah dan mewah, bahkan tidak hanya itu, Pengasuh Pondok Pesantren Babussalam Kalibening Mojoagung Jombang ini, juga mampu mewujudkan 22 BMT (Baitul Mal wat Tamwil) NU di Jombang, padahal target BMT oleh PW NU Jawa Timur tahun 2022 hanya 100 BMT, dengan demikian pertumbuhan BMT NU paling besar ada di PCNU Kabupaten Jombang dan ini berkat kerja keras Pengurus PCNU yang dikomandani oleh KH. Salmanudin Zayid atau yang akrab disapa Gus Salman.
Kita tentu bukan berarti mengecilkan kiprah cucu pendiri NU, jika ingin mengetahui sejauh mana kiprah salah satu cucu pendiri NU ini, Kabar Nahdliyin terus mencari informasi, ternyata ada sebuab laman yang menulis tentang kiprahnya. Menurut laman tersebut Gus Heru adalah salah satu Pangasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambakberas Jombang, dia paling getol memberi pelajaran kepada santrinya tentang kewajiban, “Ngopeni NU” (merawat NU) dan ternyata ini menjadi ajaran pokok di Pesantren Bahrul Ulum yang disampaikan Gus Heru.
“Bahrul Ulum mempunyai lima ajaran pokoh yang wajib ditaati oleh santri, yakni merawat NU, salat jamaah, istikomah membaca al Quran, mengajar setelah lulus, dan terakhie istikomah membaca wirid huwal habiban,” tulis dilaman tersebut.
Diungkapkan, ajaran tersebut selalu disampaikan dan diajarkan para pengasuh sejak dahulu hingga sekarang kepada santri. Terutama saat wisuda kelulusan santri di berbagai jenjang pendidikan. “Karenanya, santri Bahrul Ulum sesibuk apapun tetap dituntut menjalankan lima pokok ajaran tersebut,” ungkapnya.
Khusus mengajar, para pengasuh selalu mengingatkan kepada para santri sesibuk apapun tetap harus meluangkan waktu untuk mengajar terutama ilmu agama. “Namun tidak menutup kemungkinan mengajar sesuai keahlian masing-masing,” katanya.
Begitu juga merawat NU, santri Bahrul Ulum tetap diharuskan merawat NU dengan berbagai cara. “Bisa dengan menyumbang dana, menjadi pengurus ranting, hingga pengurus pusat,” jelasnya.
Konfercab lalu, dalam tabulasi Gus Heru juga dipilih sebagai Tanfidziyah, dia mendapat suara nomor dua setelah Gus Salman, namun ketika Pimpinan sidang memberi kesempatan untuk menyampaikan kesiapannya, dengan rendah hati ia mengatakan di NU masih belajar sehingga dirinya tidak siap untuk dipilih menjadi Ketua Tanfidziyah. “Mohon maaf para Kiai saya di NU masih belajar, saya mundur saja tidak siap dipilih,” katanya dengan nada santun. (Ipung)