Gus Mujib dan Gus Mamik perhatikan istighotsah IKAPPDAR Komisariat Jombang, sehingga beliau berkenan rawuh

oleh -1,383 views

JOMBANG, KN – Kegiatan Istighotsah IKAPDAR semakin masip, pada Minggu (9/10) lalu usai salat Maghrib digelar di Kediaman Ali Mahmudi, Kepala Dusun Belut, Desa Ngumpul Kecamatan Jogoroto. Acara seperti biasa usia Istighotsah jamaah mendengarkan ceramah agama, setelah itu ramah tamah saling bercerita sesama alumni Pondok Pesantren Darul Ulum, ada yang satu angkatan, ada pula yang berbeda angkatan, tetapi yang pasti kegiatan istighotsah IKAPDAR Komisariat Jombang ini bisa menjadi forum silaturrahmi antar alumni memiliki nilai persaudaraan tinggi.

KH. M. Hamid Bisri , SE, M.Si yang akrab disapa Gus Mamik ketika memberi Mauidhoh Hasanah, menjelaskan pentingnya rasa syukur dan harus hati hati ketika mengungkapkan rasa syukur, karena sesungguhnya antara syukur dan kufur itu sangat dekat, “Syukur dan kufur itu mepet, karena itu kita perlu tahu bagaimana cara bersyukur yang benar, kita harus meniru kanjeng Nabi dan terus mencintainya dan terus mengikuti uswatun hasanahnya. Betapa pentingnya akhlaq, Kanjeng Nabi tidak pernah protes sama malaikat Jibril, Kanjeng Nabi juga senantiasa menghormati pamannya, contoh ini dilakukan seluruh umat hingga tabiin – tabiin,” kata Gus Mamik.
Dijelaskan, jika seseorang lalai dengan akhlaq maka akibatnya bisa muncul perbedaan, dengan munculnya perbedaan umat akan terpecah, “Kita harus menjaga jangan sampai ada perbedaan makanya jangan sampai lupa akhlaq, kalau kita lalai dengan akhlaq bisa terjadi perbedaan, kita contoh ulama ulama dahulu, begitu sangat tingginya menjunjung akhlaq. Bisa kita lihat daerah Madura terkenal dengan para tokohnya tidak pernah muncul perbedaan, bahkan hampir semua orang besar di dunia ini belajar di Mbah Kholil Bangkalan,” jelasnya lagi.


mBah Kholil mencontoh rosulullah, lanjutnya, Ulama besar jutaan muridnya tetapi tidak sombong, “Dibuktikan oleh mBah Kholil, meski beliau Ulama besar, tetapi beliau juga pedagang besar, ekspor impor Tembakau sampai ke Jerman ketika itu, kerap kali beliau menutupi kebesarannya, mungkin yang menjadi dasar beliau ayat yang berbunyi wala tamsyi fil ardhi marrokha, artinya janganlah kamu berjalan dengan kekayaan. Coba sekarang mana kakayaan mBah Kholil, kita mencari mBah Kholil tidak akan bisa, dimana kekayaannya semua hilang, ini namanya menutupi kebesaran untuk kemanfaatan umat,” lanjut Gus Mamik.
Kiai Muda yang aktif pada bidang Kesehatan ini lalu menceritakan para masyayikh Ponpes Darul Ulum Rejoso, menurutnya, akhlaqnya Kiai Tamim Rejoso juga luar biasa, “Bagaimana beliau menjunjung akhlaq ketika berguru ke Tebuireng, beliau mau menjadi pelayan hingga mengisi bak air seluruh Pondok ketika itu, Kiai Kholil Rejoso menanamkan thorikohnya di sini, kita diajak puasa, beliau memberi amalan istighotsah, pun juga demikian dengan Romo Kiai Musta’in, beliau juga berjibaku dengan pejuang Islam, beliau mau mengkorbankan diri masuk diarena politik, secara pribadi hancur, dia dikeluarkan dari NU, tetapi jalan itu sudah dibuka oleh Kiai Mustain,” tuturnya.
Dikatakan, kenapa orang sekarang kukuh senang mempertahankan kebesaran dan harga dirinya, jika dihubungkan dengan Ulama dahulu tentu tidak nyambung, ”Kenapa hari ini orang begitu kukuh memegang harga diri, menanamkan kebesaran untuk kebesarannya,” katanya tanda tanya.
“Kiai Dahlan Rejoso beliau Ulama besar terkenal sangat disiplin, sampai – sampai beliau kalau menaruh duwit (uang) tidak pernah dilipat, sehingga uangnya sama persis seperti disimpan di ATM (Automatic Teller Machine), sabarnya juga luar biasa tetapi kalau marah bisa menakutkan, saat NU menggelar Bahsul Masail, beliau juga salah satu Kiai yang memimpin. Bahkan, saking banyaknya kitab yang beliau bawa harus dinaikkan Dokar (alat transportasi tradisional menggunakan Kuda) kala itu, beliau juga Al Hafiz, salah satu tokoh Al-Qur’an yang sanadnya nyambung sampai ke Makkah, akhlaqnya luar biasa, beliau tidak pernah menunjukkan kebesarannya, ” kata Gus Mamik.
“Kiai As’ad Umar, keberanian dan semangatnya luar biasa, dalam menggembleng santri beliau punya falsafat, berfikir cepat, bertindak tepat, bertekat kuat, karena itu PP Darul Ulum ini bertambah besar. Ada juga beliau Kiai Rifai, beliau juga suka berbicara ya salam, baik kepada semua orang, semua dikemas dengan senyum. Kiai Maksum, ayahnya Kiai Hanan Maksum, juga memiliki akhlaq yang tinggi, inilah pentingnya berakhlaq, kita harus bisa mencontoh guru guru kita,” cerita Gus Mamik.
Kata kuncinya adalah Akhlaq, tambah Gus Mamik, Hadist Innama Buistu Liutammimma Makarimal Akhlaq, “Berarti dulu sudah ada akhlaq itu, Kanjeng Nabi tugasnya menyempurnakan Akhlaq, kita adalah umat terbaik, karena kita cinta kepada beliau, maka bersyukur kalau kita masih diberi cinta kepada guru, kepada Nabi, orang tua kita, jika kalau ada berbeda pendapat maka tirulah empat madzhab, Inilah cara guru guru kita mendidik kita semua,” tambah Gus Mamik lagi.
Dalam kesempatan tersebut hadir, Dr. KH. M. Mujib Musta’in , SH, M.Si yang akrab disapa Gus Mujib, putra Kiai Musta’in Romly ini kebetulan diminta memberi cemarah di Musholla Ar Roudloh yang tidak jauh dari digelaran acara Istighotsah sehingga Gus Mujib pun menyempatkan mampir pada majelis Istighotsah, suasana semakin khidmat dengan dihadiri Gus Mujib. (mu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.