Dalam ceramahnya, KH. Fahmi Amrullah menekankan pentingnya kesadaran umat Islam untuk tidak menyepelekan dosa, sekalipun dianggap kecil.
“Jangan menganggap dosa kecil itu ringan. Namanya dosa ya tetap dosa. Kalau kita sudah terbiasa meremehkannya, maka tanpa terasa dosa itu akan menumpuk dan menjadi semakin besar. Justru karena dianggap kecil, ia bisa membesar dan membahayakan,” tegasnya.
Beliau mengingatkan bahwa kebiasaan meremehkan dosa kecil sering kali menjadi pintu masuk bagi kerusakan moral yang lebih besar. Karena itu, setiap muslim dituntut untuk senantiasa muhasabah dan berhati-hati dalam menjaga perilaku sehari-hari.
Lebih lanjut, KH Fahmi juga mengingatkan bahaya perpecahan di tengah masyarakat. Menurutnya, tindakan yang menimbulkan permusuhan atau mengoyak persaudaraan hanya akan melemahkan kekuatan umat.
“Jangan kita sering-sering membuat tindakan yang justru melahirkan perpecahan. Umat harus menjaga ukhuwah, merajut persatuan agar mendapat keberkahan. Persaudaraan adalah kunci kekuatan, baik ukhuwah islamiyah, ukhuwah wathaniyah, maupun ukhuwah basyariyah,” pesannya.
Peringatan ini relevan dengan kondisi bangsa Indonesia yang tengah menghadapi banyak tantangan, baik dari segi politik, sosial, maupun ekonomi.
KH Fahmi Amrullah juga menyinggung persoalan ekonomi nasional yang saat ini dirasakan semakin berat oleh masyarakat kecil. Ia mencontohkan kondisi di Pati, Jawa Tengah, yang menunjukkan betapa sulitnya sebagian rakyat bertahan hidup di tengah krisis.
“Indonesia hari ini dalam keadaan tidak baik-baik saja, terutama soal ekonomi. Rakyat banyak yang semakin terhimpit. Apa yang terjadi di Pati itu menjadi bukti nyata bagaimana persoalan ini benar-benar kita rasakan,” ujarnya.
Situasi ini, menurut KH Fahmi, menuntut umat Islam khususnya para alumni pesantren untuk ikut serta memberikan solusi nyata. Baik melalui penguatan ekonomi umat, membangun jejaring usaha, hingga membangkitkan kepedulian sosial agar tidak ada yang tertinggal.
Acara yang digagas IKAPETE PC Jombang ini tidak hanya menjadi ajang ngaji rutin, tetapi juga ruang konsolidasi alumni Tebuireng untuk menjaga warisan perjuangan para kiai pendiri pesantren, termasuk KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahid Hasyim.
Ketua panitia menegaskan bahwa kegiatan ini akan terus digelar secara berkala sebagai sarana silaturahmi, memperkuat jejaring alumni, sekaligus memperkuat kontribusi Tebuireng bagi bangsa.
“Tema yang diusung, ‘Merajut Ukhuwah, Menjemput Berkah’, adalah wujud komitmen alumni Tebuireng untuk menjaga persaudaraan dan memberi manfaat luas, sesuai pesan para masyayikh bahwa ilmu harus diamalkan dan membawa maslahat,” ungkap salah satu pengurus IKAPETE
Menjaga Warisan Pesantren untuk Bangsa
Tebuireng sebagai pesantren yang melahirkan banyak tokoh nasional, baik kiai, ulama, maupun pemimpin bangsa, telah membuktikan kontribusinya dalam perjalanan sejarah Indonesia. Kehadiran para alumni di tengah masyarakat diharapkan tidak hanya menjadi penjaga tradisi keilmuan, tetapi juga sebagai garda terdepan dalam menjawab tantangan zaman.
KH Fahmi Amrullah menutup tausiyahnya dengan mengajak seluruh jamaah untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT, memperbanyak istighfar, serta menjadikan ajaran pesantren sebagai pedoman dalam kehidupan.
“Kalau kita ingin bangsa ini selamat, maka jangan jauh dari nilai agama. Perbanyak dzikir, jaga persaudaraan, jangan meremehkan dosa, dan mari bersama membangun bangsa dengan cara yang diridhai Allah,” pungkasnya.
Kegiatan ini dihadiri ratusan alumni Tebuireng, tokoh masyarakat, serta para santri yang antusias mengikuti rangkaian acara hingga selesai. Suasana kekeluargaan dan semangat kebersamaan terasa kuat, menjadi bukti nyata bahwa ukhuwah adalah kekuatan utama umat Islam dalam menjemput berkah Allah SWT. (Hadi)












