Siapa kita, Indonesia Jawaban NU untuk sejarah dan masa depan

Oleh:M Ikhsan Effendi

JOMBANG | KabarNahdliyin.com  – “Siapa kita? Indonesia!” Begitulah suara lantang yang selalu menggema dari dada-dada warga Nahdlatul Ulama. Dari barisan Ansor yang tegap, Muslimat yang setia, Fatayat yang penuh semangat, hingga Banser yang siap sedia menjaga keutuhan negeri. Slogan itu bukan sekadar teriakan. Ia adalah identitas, tekad, dan pernyataan sejarah yang tidak bisa dihapus dari perjalanan bangsa.

Namun, anehnya, di negeri yang mereka bela dengan darah dan air mata, warga NU justru sering disudutkan. Ada kelompok yang dengan sengaja membelokkan sejarah, mengecilkan jasa para kiai dan santri, bahkan menuduh NU hanya menunggangi momentum kebangsaan. Seakan-akan peran ulama, santri, dan jamaah NU dalam menegakkan kemerdekaan hanyalah catatan pinggiran. Padahal, tanpa Resolusi Jihad yang dikobarkan Hadrotussyeh KH Hasyim Asy’ari tahun 1945, mungkin bendera merah putih tidak berkibar gagah di bumi pertiwi.

Pertanyaannya, mengapa slogan “Siapa Kita? Indonesia!” menjadi penting? Karena di baliknya ada pesan mendalam: NU tidak pernah memisahkan agama dari cinta tanah air. Bagi NU, membela Indonesia adalah bagian dari iman. “Hubbul wathan minal iman” bukan sekadar kalimat, melainkan napas perjuangan. Saat sebagian kelompok sibuk memimpikan negara khilafah yang jauh dari realitas sosial bangsa, NU justru hadir dengan jawaban sederhana tapi tegas: kita ini Indonesia, dan itu sudah final.

Sayangnya, kelompok-kelompok tertentu terus mencoba mengaburkan fakta. Mereka membangun narasi bahwa NU hanyalah organisasi tradisional yang tidak relevan. Mereka menuding amaliah warga NU sebagai bid’ah. Mereka meremehkan perjuangan politik NU. Lebih parah lagi, mereka menyebarkan ideologi transnasional yang hendak mencabut akar Indonesia dari tanahnya sendiri. Di sini, slogan “Siapa Kita? Indonesia!” menjadi benteng perlawanan. Sebuah tamparan keras bagi siapa saja yang ingin merusak konsensus kebangsaan.

NU selau terus menerus menjaga suara heroik itu. Sebab arti “Siapa Kita” bukan sekadar identitas organisasi, melainkan identitas bangsa. Ketika warga NU berteriak “Indonesia!”, itu berarti mereka mewakili seluruh rakyat yang ingin hidup damai, berdaulat, dan berkeadilan. Mereka menegaskan bahwa Indonesia bukan milik segelintir golongan, melainkan rumah bersama. Di rumah itu, semua agama, suku, dan budaya mendapat tempat yang sama.

Di tengah gempuran digital, hoaks, dan polarisasi politik, warga NU dituntut untuk lebih percaya diri. Pemerintah juga mestinya memberikan perhatian lebih terhadap sejarah NU. Jangan lagi NU merasa kecil karena perjuangan dibelokkan oleh lawan ideologi. Justru dengan cara pembelokan itu, NU semakin yakin bahwa slogan itu harus terus digelorakan di setiap mimbar, panggung, dan jalanan. “Siapa Kita? Indonesia!” adalah jawaban atas setiap upaya memecah belah. Ia adalah obat bagi mereka yang lupa daratan, dan pengingat bagi mereka yang hendak mengkhianati bangsa.

Maka, arti “Siapa Kita” hari ini adalah konsistensi. Konsisten menjaga Pancasila. Konsisten merawat persatuan. Konsisten mengakui jasa para ulama dan santri. Dan yang paling penting, konsisten mengingatkan bangsa ini bahwa NU adalah tiang kokoh yang tidak bisa dicabut oleh siapa pun.

Indonesia ada karena NU ikut berjuang. Dan NU ada karena Indonesia adalah takdir sejarahnya. Jadi sekali lagi, mari kita jawab dengan gagah: Siapa Kita? Indonesia. (Hadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *