PCNU Jombang Dorong Kemandirian Ekonomi Pelajar Sejak Dini

JOMBANG | KABARNAHDLIYIN.COM — Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Jombang memanfaatkan momentum Tahun Baru Islam 1447 Hijriyah untuk menggugah kembali semangat kemandirian dan kepedulian sosial di kalangan pelajar dan keluarga tidak mampu. Dalam kegiatan bertajuk Seminar Pelajar Hebat, PCNU menggandeng lima lembaga dan badan otonom (banom) di bawah naungannya guna menyelenggarakan agenda edukatif sekaligus aksi nyata berupa pemberian santunan dan bantuan modal usaha.

Kegiatan yang berlangsung Jumat (2/8/2025) di Jombang ini melibatkan ratusan peserta dari berbagai sekolah dan madrasah. Sebanyak 100 anak yatim dan dhuafa mendapatkan santunan, sementara dua unit gerobak usaha lengkap dengan modal masing-masing Rp1 juta diserahkan kepada pelajar terpilih. Langkah ini menjadi bagian dari upaya PCNU menanamkan semangat kemandirian ekonomi kepada generasi muda sejak usia sekolah.

“Islam mengajarkan kepedulian sosial tidak hanya melalui lisan, tetapi juga lewat tindakan nyata. Bantuan modal ini bukan sekadar hibah, tapi bagian dari pendidikan karakter dan tanggung jawab,” ujar Hj. Eka Susanti, Ketua LAZISNU PCNU Jombang.

Berbeda dari kegiatan tahun-tahun sebelumnya yang lebih banyak diisi dengan seremoni, PCNU Jombang melalui seminar ini mencoba membangun diskursus baru mengenai arah pendidikan Nahdlatul Ulama. Tema besar yang diangkat menyentuh berbagai aspek, mulai dari pendidikan karakter, tantangan kesehatan mental pelajar pasca-pandemi, peran perempuan dalam pendidikan keluarga, hingga pentingnya ketahanan ekonomi berbasis komunitas.

“Pelajar kita saat ini berhadapan dengan tantangan multidimensi. Bukan hanya akademik, tetapi juga moral, spiritual, dan sosial,” kata Dr. Hj. Begum Fauziyah, Ketua LKKNU PCNU Jombang yang menjadi salah satu narasumber dalam seminar tersebut. Menurutnya, sekolah dan madrasah tidak bisa bekerja sendiri. Harus ada sinergi antara keluarga, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat seperti NU.

Senada dengan itu, Dr. Hj. Mamik Rosita, M.Pd., Ketua LP Ma’arif NU Jombang, menekankan pentingnya membangun ekosistem pendidikan yang inklusif dan transformatif. “Kalau kita ingin mencetak pemimpin masa depan yang berakar kuat pada nilai-nilai keislaman dan kebangsaan, maka pendidikan kita harus berpihak pada pelajar, terutama dari kalangan yang selama ini termarjinalkan,” ujarnya.

Salah satu strategi unik yang diterapkan panitia adalah pemberian doorprize bagi 100 peserta pertama serta undian khusus bagi kepala sekolah atau madrasah yang hadir tepat waktu, sebelum pukul 08.30 WIB. Langkah ini mendapat respons positif dan dianggap sebagai insentif kecil untuk membangun budaya disiplin dan ketepatan waktu, nilai-nilai yang selama ini kurang mendapat perhatian serius di banyak kegiatan serupa.

Ketua panitia pelaksana menegaskan bahwa pendekatan edukatif tidak harus selalu formal dan kaku. “Kita ingin membangun ruang pembelajaran yang menyenangkan, tapi tetap bernilai. Hadiah dan kejutan ini hanya media untuk menarik minat, substansinya tetap pada pembentukan karakter dan pemberdayaan,” ungkapnya.

Kegiatan ini terselenggara berkat sinergi beberapa lembaga internal PCNU Jombang, yakni LAZISNU (Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah), LP Ma’arif NU (Lembaga Pendidikan Ma’arif), LKNU (Lembaga Kesehatan), LKKNU (Lembaga Kemaslahatan Keluarga), dan LPPNU (Lembaga Pengembangan Pertanian). Empat narasumber utama dihadirkan untuk membahas topik dari berbagai perspektif: dr. Hj. Rokhimah Riza, M.Biomed (LKNU), Hj. Eka Susanti (LAZISNU), Dr. Hj. Begum Fauziyah (LKKNU), serta Dr. Hj. Mamik Rosita, M.Pd (LP Ma’arif).

Dalam paparannya, dr. Rokhimah Riza juga menggarisbawahi pentingnya memperhatikan aspek kesehatan pelajar, terutama terkait pola makan dan kondisi psikologis di masa pascapandemi. “Banyak pelajar kita mengalami kelelahan mental, tekanan akademik, bahkan gangguan gizi. Maka intervensi pendidikan harus menyentuh dimensi fisik dan mental mereka juga,” ujarnya.

PCNU Jombang berharap, kegiatan ini menjadi titik awal dari gerakan masif yang lebih luas dalam membina generasi muda Nahdlatul Ulama—bukan hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat spiritual, disiplin sosial, serta tangguh dalam kemandirian ekonomi.

Semangat tahun baru Hijriyah yang bermakna hijrah—perpindahan menuju kondisi yang lebih baik—menjadi simbol bagi transformasi ini. Dari seremoni ke aksi, dari konsep ke implementasi. Dari wacana ke dampak konkret di tengah masyarakat.

“NU harus hadir bukan hanya dalam khutbah, tapi juga dalam gerobak, dalam beasiswa, dalam literasi, dan dalam keseharian umat. Itulah bentuk dakwah yang relevan hari ini,” kata salah satu peserta guru madrasah yang hadir dalam seminar. (Hadi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *