JOMBANG, KN – Halaman Podok Tahfidh “Yanbu’ul Qur’an” (PTYQ) pada Kamis (22/6/2023) lalu penuh sesak dipadati peserta didik SDIT Taswirul Afkar dan TK Arroudloh Bisma dan santri PTYQ, pasalnya pada saat itu digelar haflah Akhirusannah dan Pembukaan Pondok PTYQ Galih Aji.
Hadir dalam acara tersebut antara lain Wali Peserta didik, para undangan dan masyarakat sekitar, kegiatan dimulai sejak Jam 08.00 WIB (Pagi), sebagai penceramah atau mauidloh hasannah KH. Haris Munawir, Ketua IPHI Kabupaten Jombang dan juga Ketua MWCNU Kecamatan Perak, hadir juga Al Hafidh KH. Achmad Zainuri Nur, selaku Pengasuh sekaligus Pendiri PTYQ Galih Aji.
Kiai Haris Munawir, saat memberi tausiyah, menjelaskan bahwa paling tidak ada tiga model anak dalam Al Quran, Pertama anak sebagai Qurrata A’yun (Penyejuk Jiwa). Kedua anak sebagai Fitnatun (cobaan atau ujian). Ketiga anak sebagai ‘Aduwwun (musuh).
“Khususnya para wali murid jika ingin anaknya menjadi Qurrota A’yun, Anak yang bisa membahagiakan hatinya orangtua, membahagiakan orangtuanya dunia akhirat, kalau sepakat anak anak kita menjadi qurrota a’yun salah satunya harus diperhatikan lingkungannya,” kata Gus Haris.
Dijelaskan, dalam Al Quran, Allah SWT menyebut ada tiga macam anak, “Gusti Allah menyebut anak ada tiga macam anak, “Pertama, Allah menyebut anak menjadi Qurrata A’yun, yang menyenangkan orangtua dunia akhirat, setiap orangtua pasti pingin punya anak yang bisa menyenangkan orangtua. Kedua, anak sebagai Fitnah (cobaan atau ujian), orangtua enak-enaknya tidur, Pak RT dan Polisi datang katanya tawuran, dimana tawuran mesti dia ada, anak model seperti ini terus memberi cobaan, menyusahkan orang tua, merepotkan orang tua, dan memalukan orang tua. Ketiga, anak menjadi Aduwwun (musuh),” jelas Kiai yang akrab di sapa Gus Haris.
Dikatakan, “Al Quran menyebut anak itu musuh, masalah Hp kurang bagus minta seketika tidak dituruti, orangtuanya dipisui (dimaki dengan kata kotor), pernah terjadi di kecamatan saya tidak sebutkan namanya, anak minta seketika sepeda motor, tetapi orangtua tidak menuruti orangtua dipisui, pengumuman kalau Al Quran cerita pasti terjadi,” katanya.
Dijelaskan, Gus Haris mengajak kepada wali murid dan wali santri, agar benar benar ikhtiar bagaimana caranya, anak anak kita menjadi anak anak qurrota a’yun, “Anak yang bisa membahagiakan hati orangtuanya, membahagiakan orangtuanya dunia akhirat, Imam Ghozali mengatakan, menjadikan anak anak yang soleh dan solihah itu seperti membangun gedung yang besar, butuh waktu yang lama, butuh tukang yang ahli dan juga butuh biaya yang banyak,” jelas Ketua IPHI Kabupaten Jombang,
Dikatakan lagi, “Kanjeng Nabi Muhammad SAW pernah mewanti wanti kepada mantunya bernama Sayyidina Ali, kata Rasul aku pesan, orang yang hidupnya bakal bahagia dunia akhirat itu ada tiga, pertama yang harus dijaga makanannya, usahakan memberi makan dan minum anaknya dari rizqi yang diridloi Allah. SWT. Rizqi yang halal syukur toyyiban (bergizi), yang kedua lingkungan pergaulan, usahakan anak anak selalu berada di majelis majelis para ulama, majelis ta’lim, majelis dzikir, majelis sholawat, perhatikan lingkungan pergaulan, seorang pakar pendidikan mengatakan karakter anak terbentuk 60% karena faktor lingkungan, usahakan anak anakmu mulai kecil jangan sampai sholat sendiri, hatinya harus di tata agar anak menerima keadaan, dzikir kepada Allah, agar hati menjadi tenang, semoga keluarga besar Yanbu’ul Quran dan TK SD Taswirul Afkar ini dapat menjadi bekal buat seluruh Dewan Guru, dan khususnya wali murid untuk mengantarkan anak anak kita menjadi anak anak Qurrota A’yun,” tutur Gus Haris.
Sementara itu, Kiai Zainuri, ketika memimpin doa pada acara tersebut, sempat menjelaskan bahwa, terkait berdirinya PTYQ Galih Aji, Kiai Zainuri adalah orang pertama yang mendorong, tujuannya untuk melanjutkan Pondok yang ada dan telah pindah kelokasi lain, “Disini saya tidak memberi mauidloh hasanah, saya cuman cerita saja, kenapa PTYQ Galih Aji harus ada, ya untuk melanjutkan yang pernah ada,“ kaya Kiai Zainuri dengan nada kalem.
Diceritakan awalnya Abah Muhtazuddin (Kepala SDIT Taswirul Afkar) ketempatnya, “Sekitar dua minggu yang lalu Abah Haji Muhtazuddin bermain di Rumah saya, dan minta waktu setoran untuk putranya karena mau menghafal Al Quran, saya jawab, saya tidak punya Pondok, umpama saya mau bikin Pondok memang sudah sejak tahun 90’an dulu, kan sampean yang punya Pondok, ternyata di jawab PPS Hamalatul Quran sudah dipindah ke Gedung baru di lokasi Sawah semua, menempati tanah wakaf dari Abah Taufiq,” lanjutnya menceritakan.
“Kalau begitu saya minta kepada Abah untuk meneruskan lakonnya mendirikan Pondok lagi, ya melanjutkan yang sudah dipindah ke Sawah itu, karena saya pernah ikut membina bahkan sampai sekarang Santri PPS Hamalatul Qur’an ada yang setoran ke saya dan minta syahadah saya, dan lagi saya lama di Mayangan, bersama Kiai Muhammad Minhaj membina para Tahfidh di Pondok Kiai Minhaj Mayangan yang juga kakak Ibu Nyai Shofiyyah Manshur, Ibu Jenengan,” pinta Kiai Zainuri.
Dikatakan, mendirikan Pondok Pesantren itu tidak mudah harus dengan susah payah memang, “Orang punya Pondok itu soro (susah payah), sekali lagi saya minta diterus saja Pondoknya, kan sudah ada gedungnya, nanti saya bantu, kalau begitu sekalian diberi nama apa, begini saja namanya tafaulan pada Pondok saya, Pondok saya Kudus mbah Kiai Arwani, Yanbu’ul Quran, insyaAllah artinya sumbernya Quran, dulu Hamalatul Quran, Hamalatul Quran itu berat,minta barokah Pondok saya saja, wujudlah nama PTYQ ini,” kata Kiai yang pernah 12 tahun di Makkah. (rani)