NU Ranting Mayangan Gelar Laylatul Ijtima, Teguhkan Tradisi dan Ukhuwah Jamaah

KH M Ali Imron, M.Pdi (ceramah) didampingi M Agus Salim Ketua PRNU Mayangan.

JOMBANG | KABARNAHDLIYIN.COM — Pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Ranting Mayangan terus konsisten merawat tradisi keagamaan di tengah masyarakat. Melalui agenda rutin Laylatul Ijtima, NU Ranting Mayangan akan kembali menggelar pertemuan keagamaan pada Selasa malam Rabu, 8 Juli 2025, bertempat di Musholla Al-Amin, Mayangan, Jombang.

Dalam surat undangan resmi yang dikeluarkan PRNU Mayangan, pengurus menyampaikan ajakan kepada seluruh warga, tokoh masyarakat, serta sahabat NU untuk hadir bersama jamaah dari lingkungan masjid dan musyola masing-masing. Kegiatan ini diharapkan menjadi ajang silaturahmi sekaligus media penguatan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah.

“Kami mengundang seluruh Bapak, Saudara, dan Sahabat untuk hadir dalam kegiatan Lailatul Ijtima. Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam aktivitas sehari-hari,” demikian kutipan undangan yang diterima KabarNahdliyin.com.

Lailatul Ijtima bukan sekadar agenda rutin bulanan. Di kalangan Nahdliyin, pertemuan ini memiliki nilai strategis sebagai sarana konsolidasi keagamaan sekaligus penguatan ukhuwah Islamiyah. Tak hanya diisi dengan tahlil dan pembacaan sholawat, acara juga menyajikan pengajian yang menghadirkan ulama lokal untuk memberikan tausiyah keagamaan, membahas isu sosial kemasyarakatan, serta memberikan pemahaman mendalam tentang ajaran Islam rahmatan lil ‘alamin.

M Agus Salim ketua Ranting NU Mayangan menegaskan bahwa kegiatan semacam ini menjadi bukti nyata bagaimana NU merawat tradisi yang sarat makna. Menurutnya, Lailatul Ijtima tak hanya menjaga kesinambungan spiritual, tetapi juga menjadi medium perekat sosial antarwarga.

“Ini momentum penting untuk memupuk kebersamaan dan memperkuat solidaritas. Apalagi di tengah dinamika sosial yang makin kompleks, masyarakat perlu ruang bertemu dan berdialog, bukan hanya soal agama, tetapi juga isu sosial dan kebangsaan,” ujar Agus Salim.

Sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia, NU dikenal konsisten mengawal nilai-nilai moderasi beragama. Tradisi Lailatul Ijtima menjadi salah satu manifestasi bagaimana dakwah dilakukan secara santun, membumi, dan mengakar kuat dalam budaya masyarakat.

“NU selalu mengajarkan bahwa dakwah tidak hanya dari mimbar. Kebersamaan dalam kegiatan seperti Lailatul Ijtima menjadi media efektif untuk menanamkan nilai moderasi, toleransi, dan rasa persaudaraan,” tutur KH M Ali Imron, Tokoh agama Islam mayangan..

Jama’ah Lailatul ijtima’ khusu’ mengikuti rangkaian acara.

Dalam beberapa waktu terakhir, tantangan sosial seperti perbedaan pandangan keagamaan, arus radikalisme, hingga masalah sosial-ekonomi di masyarakat menjadi perhatian serius NU. Melalui forum-forum seperti Lailatul Ijtima, pengurus NU berupaya memberikan pencerahan dan solusi dengan pendekatan keagamaan yang bijak dan menenangkan.

Sementara itu, warga Mayangan menyambut baik rencana kegiatan tersebut. Bagi mereka, Lailatul Ijtima menjadi ruang silaturahmi yang tak tergantikan. Selain memperdalam ilmu agama, mereka merasa semakin terhubung dengan sesama warga dalam suasana kebersamaan yang hangat.

“Alhamdulillah, setiap bulan kami selalu berusaha hadir. Selain mendengarkan ceramah, kami bisa saling menyapa, berbagi kabar, bahkan berdiskusi masalah sehari-hari. Rasanya seperti keluarga besar,” ungkap Ngatemo, salah satu jamaah Musholla Al-Amin.

Pengurus NU Ranting Mayangan berharap ke depan, Lailatul Ijtima semakin diminati generasi muda agar tradisi keislaman yang penuh nilai kebaikan ini terus lestari. Apalagi, regenerasi kader NU menjadi salah satu fokus penting organisasi di tengah derasnya arus digitalisasi dan perubahan sosial.

“Kami berharap pemuda-pemuda NU bisa terlibat aktif. Mereka harus tahu bahwa kegiatan semacam ini bukan hanya ritual, tetapi juga wahana belajar memimpin, berorganisasi, dan menyelesaikan persoalan umat,” tegas ketua PRNU Mayangan.

Dengan semangat kebersamaan, Lailatul Ijtima diharapkan tetap menjadi denyut kehidupan keagamaan warga Mayangan sekaligus memperkuat karakter Islam Nusantara yang moderat, toleran, dan penuh kasih sayang. (Hadi).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *