Mbah Yaqin : PPHQ menjawab kegalauan Nasional. Yusron : Santri jangan bergeser dari posisi ring satu

oleh -1,690 views

JOMBANG, KN – Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an, Desa Jogoroto, Kecamatan Jogoroto Kabupaten Jombang kembali mewisuda santrinya yang dinyatakan Hafidh Qur’an 30 Juz, acara digelar pada Senin 30 Mei 2022 lalu, dengan tema, “Wisuda Hahfidz VIII PP Hamalatul Qur’an Jogoroto Jombang,” tidak kurang 150 santri yang mengikuti Wisuda, mereka berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

Para Asatidz ketika menghadiri wisuda Tahfidz angkatan ke VIII di PP Hamalatul Qur’an Jogoroto

Tampak hadir dalam kegiatan tersebut, antara lain KH. Abdul Hadi Yusuf, (Pengasuh Madrasatul Qur’an Tebuireng) KH. Musta’in Syafi’i, (Mundir I Madrasatul Qur’an Tebuireng) KH. Akhmad Rifa’i, (Pengasuh Pondok Pesantren Cinta Rasulullah), KH. Muslihan Busairi, (Tahfidul Qur’an Sunan Derajah Mojokerto) KH. Muslihan Akhmad, (Pondok Pesantren Lamongan), KH. Muhammad Yusron Shidiq (Putra Almarhum KH. Hasyim Muzadi yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam Depok, Jawa Barat), juga Kompol Erika Purwana, Waka Polres Jombang juga tampak hadir.
Yang menarik sambutan KH. Ainul Yaqin, SQ, Pengasuh PP HQ yang dengan tegas menyatakan, bahwa pada masa penjajahan dunia Pesantren sangat digandrungi karena bukti dan janji hidup layak terbukti, “Kondisi pada masa penjajah saat itu Pesantren hidup mandiri berseteru dengan Penguasa, demikian juga ketika era merdeka belum juga ada perubahan, kondisi Pesantren terus berjuang hidup mandiri, meski demikian Pesantren mampu membuktikan bahwa yang berada digarda depan membela Tanah Air Indonesia adalah para santri,” kata mBah Ainul Yaqin.
Giliran pada masa era reformasi perubahan begitu cepat, hingga terjadi dekandensi (kemerosotan) pada banyak bidang, “Banyak Pesantren diberbagai plosok tanah air bubar, Pondok Pesantren tinggal cerita, hal itu dikarenakan tidak memiliki lembaga formal, tidak memiliki kader fenomenal, tidak memiliki ketahanan santrifugal, tiga hal ini adalah termasuk penyebab punahnya Pondok Pesantren, apalagi Pondok Pesantren dinilai tidak mampu menjanjikan hidup layak,” jelas KH. Ainul Yaqin yang akrab disapa mBah Yaqin.
Dengan rasa prihatin akan kemerosotan itu, lanjutnya, hingga mengakibatkan muncul anggapan bahwa Santri masa depannya suram, hal ini dapat membuat Pondok Pesantren gulung tikar, “Lulusan Pesantren dianggap tidak bisa menjadi PNS, apalagi jika ada lulusan Pesantren bernasib kurang berhasil maka cepat menjadi pembicaraan di masyarakat, lulusan Pesantren tidak kaya juga akan menjadi bahan ejekan, untuk itu, Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an membuat berbagai terobosan, ” katanya dengan rasa prihatin.
Menurutnya, tutur lagi, “Di era milenial kali ini telah terjadi galau nasional dampaknya menjadi galau emosional, akibat janji gombal dari penguasa lokal maupun nasional, bagaimana tidak jika anak anak santri yang berpotensi dan berprestasi tanpa disediakan saluran tentu berakibat buruk, padahal anak anak santrilah yang selama ini menjayakan Indonesia, menjayakan islam, disinilah kemudian Hamalatul Qur’an berikhtiyar merespon kegalauan ini dengan mendidik dengan konsep Jogoroto, Jogoroso dan Jogorogo,” katanya dengan mimik serius.
Ada beberapa konsep pendidikan yang selama ini dianggap impossible (mustahil) dalam pandangan publik atau menurut anggapan banyak orang dan merupakan suatu yang langka, “Tetapi PP HQ mampu mewujudkan semua serba ekselerasi (perubahan) program program tersebut antara lain, Al-Qur’an plus Bahasa inggris dan arab, Al-Qur’an plus Kitab Turots (pendalaman islam), Al Qur’an Plus Sains dan Pondok Pesantren wajar Dikdas, semua bisa dilaksanakan,” katanya lagi.
Sementara itu, KH. Muhammad Yusron Shidiq (Putra Almarhum KH. Hasyim Muzadi yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa Al Hikam Depok, Jawa Barat), ketika memberi sambutan mengatakan, bahwa dirinya ingat apa yang telah disampaikan Rasulullah SAW, bahwa Allah SWT itu punya keluarga dari kalangan manusia, “Allah itu punya keluarga dari kalangan Manusia, kemudian para sahabat bertanya, siapa mereka itu ya Rasulullah?, jawab Rasulullah, mereka itu ahlul Qur’an, mereka ini yang dianggap sebagai orang terdekat dan orang orang pilihan Allah, kalau bahasa politiknya sekarang ini ring satu,” kata Yusron.
Dikatakan, bahwa adik adik yang ada disini mudah mudahan tidak bergeser, “Mudah mudahan adik adik bisa menjaga posisinya tidak bergeser, saya disini tidak orasi ilmiah, sekali lagi saya juga bukan ahlul quran, saya datang kesini agar menjadi bagian orang orang yang mencari rahmat Al Qur’an, saya juga kepingin mencari rahmat bersama dengan ahlul Quran,” katanya lagi.(rani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.