Keamanan ghoib dengan Dzikir Hizib Bahr.

Oleh: H. Ikhsan Effendi

Situasi sosial-politik di negeri ini belakangan terasa penuh ketidakpastian. Aksi demonstrasi dan kemarahan massa memang sulit dikendalikan. Ada rumah yang dijaga ketat, justru menjadi sasaran pembakaran. Sebaliknya, ada rumah yang tampak sederhana, bahkan tanpa penjagaan, tetapi selamat dari amukan massa. Fenomena semacam ini sering menimbulkan perasaan heran, mungkinkah ada “kekuatan gaib” yang menjaga?

Dalam tradisi Islam, terutama di kalangan sufi, diyakini bahwa benteng perlindungan terbaik bukan hanya pagar besi atau aparat keamanan, melainkan dzikir. Salah satu wirid yang sangat terkenal adalah Hizib Bahr karya Syekh Abul Hasan Asy-Syadzili, seorang wali besar abad ke-13. Hizib ini lahir dari pengalaman beliau ketika menghadapi bahaya besar di lautan. Dengan izin Allah, beliau diberi ilham doa yang kemudian dikenal sebagai Hizib Bahr atau “wirid laut”.

Doa pembuka Hizib Bahr berbunyi:

بسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ، اَللّٰهُمَّ يَا عَلِيُّ يَا عَظِيْمُ، يَا حَلِيْمُ يَا عَلِيْمُ، أَنْتَ رَبِّي وَعِلْمُكَ حَسْبِي، فَنِعْمَ الرَّبُّ رَبِّي وَنِعْمَ الْحَسْبُ حَسْبِي…

Artinya: “Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Ya Allah, wahai Yang Maha Tinggi, Maha Agung, Maha Penyantun, Maha Mengetahui. Engkau adalah Tuhanku dan ilmu-Mu menjadi sandaranku. Maka sebaik-baik Tuhan adalah Engkau Tuhanku, dan sebaik-baik sandaran adalah Engkau sandaranku…”

Kekuatan doa ini terletak pada penyerahan total kepada Allah. Membaca Hizib Bahr bukanlah praktik magis, tetapi bentuk tawakkal dan keyakinan bahwa perlindungan hakiki hanya datang dari-Nya. Dalam sejarah, banyak kisah bahwa orang yang melazimkan hizib ini mendapatkan pertolongan di saat genting, baik di darat maupun di laut.

Dalam konteks keamanan, siapapun tentu tetap membutuhkan sistem hukum, aparat, dan teknologi. Namun, sejarah juga menunjukkan bahwa betapapun canggihnya perlindungan lahiriah, ia tetap bisa ditembus. Sementara dzikir dan doa menjadi ikhtiar batiniah yang tak terlihat, namun daya jangkauannya sangat luas. Bahkan ada keyakinan, rumah yang dibacakan dzikir dan doa akan dipenuhi ketenangan, sehingga membuat orang yang berniat jahat pun merasa enggan mendekat.

Karena itu, di tengah suasana yang tidak menentu hari-hari ini, ada baiknya memperkuat benteng batin. Membaca Hizib Bahr, memperbanyak dzikir, dan memohon perlindungan Allah adalah upaya spiritual yang selaras dengan ikhtiar lahiriah. Dzikir bukan hanya menenteramkan hati, tetapi juga menegakkan keyakinan bahwa keselamatan bukan semata karena pagar dan senjata, melainkan karena penjagaan Allah.

Banyak belajar dari kisah para wali dan salafussoleh, keamanan sejati hadir ketika hati senantiasa bersandar pada-Nya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *