Immanuel Ebenezer, Dari Aksi Relawan ke Pusaran Kontroversi Publik

Redaksi Kabar Nahdliyin

Immanuel Ebenezer Gerungan, dikenal akrab sebagai “Noel”, adalah figur yang belakangan mencuri perhatian publik. Pria kelahiran Riau, 22 Juli 1975, menempuh pendidikan di Universitas Satya Negara Indonesia, meraih gelar Sarjana Sosial pada 2004 .

Nama Noel mulai dikenal luas ketika ia memimpin kelompok relawan “Jokowi Mania” (JoMan) dalam Pilpres 2019, mendukung pasangan Joko Widodo – Ma’ruf Amin . Namun, sepak terjang politiknya berubah arah, JoMan sempat mendukung Ganjar Pranowo namun kemudian berpindah haluan ke Prabowo Subianto setelah muncul friksi internal antara JoMan dan PDIP . Arah politik ini membawanya menjadi kader Partai Gerindra dan akhirnya diangkat menjadi Wakil Menteri Ketenagakerjaan dalam Kabinet Merah Putih (2024–2029), mendampingi Menteri Yassierli .

Sebelum menjabat wakil menteri, Noel pernah menjabat sebagai Komisaris Utama PT Mega Eltra (anak usaha PT Pupuk Indonesia) pada Juni 2021. Namun, jabatan itu tak bertahan lama karena ia dicopot sekitar Maret 2022, diduga terkait keterlibatannya sebagai saksi yang meringankan dalam kasus terorisme Munarman .

Sebagai pejabat publik, Noel tidak lepas dari kontroversi. Februari 2025, ia menanggapi viralnya tagar #KaburAjaDulu simbol kekecewaan publik terhadap kondisi ketenagakerjaan dan ekonomi dengan pernyataan yang dianggap provokatif,
“Mau kabur, kabur saja. Kalau perlu jangan balik lagi.”

Pernyataan tersebut memicu kecaman keras dari berbagai pihak. Mantan Menko Polhukam, Mahfud MD, menilai komentar Noel sebagai bentuk “ketidakpedulian” terhadap rakyat yang mencari keadilan. Ia menyebut tagar itu bukan sekadar tren, melainkan suara protes atas sistem yang tidak adil . Warganet juga ramai bereaksi, salah satunya,
“PARAH! pejabat yang tidak punya solusi untuk rakyatnya,” tulis salahsatu akun

Kritik tajam bukan hanya datang dari netizen, anggota DPD RI asal Bali, Ni Luh Djelantik, juga mengecam pernyataannya secara terbuka lewat media sosial. Ia mempertanyakan kapasitas Noel sebagai wakil menteri dan menegaskan bahwa pejabat publik perlu lebih menghargai rakyat yang menggajinya .

Selain itu, pada April 2025, Immanuel menunjukkan reaksi tegas terkait pelanggaran ketenagakerjaan di Riau. Ia mendatangi sebuah perusahaan tour & travel di Pekanbaru karena menahan ijazah 12 mantan karyawannya. Noel menilai tindakan itu sebagai perbuatan yang merugikan dan tak manusiawi, hingga bahkan mengancam akan menyegel operasional perusahaan jika ijazah tak dikembalikan . Tindakan berani ini menunjukkan sisi keberpihakan Noel terhadap buruh yang dirugikan.

Hingga 21 Agustus 2025, ranah publik semakin panas karena Immanuel ditangkap dalam operasi tangkap tangan (OTT) oleh KPK, disangka terlibat dalam kasus dugaan pemerasan . Penangkapan seorang wakil menteri tentu menjadi tanda tanya besar mengenai integritas dan etika pejabat publik kita hari ini.

Menilik perjalanan Noel, kita melihat sosok yang penuh dinamika, dari aktivis relawan berenergi, pengembara politik, hingga pejabat negara yang kontroversial. Ia menjadi contoh bagaimana peran publik dan tanggung jawab pejabat penting dalam meredam atau justru memperparah gejolak sosial. Kritik yang terus mengiringi kiprah Immanuel menunjukkan bahwa publik terutama kalangan nahdliyin yang mengedepankan keadaban selalu siap mencermati dan memberi respons atas setiap tindakan publik, tak terkecuali dari mereka yang berada di dalam pemerintahan.

Meski berbicara tentang figur publik yang tidak spesifik religius maupun pesantren. Redaksi Kabar Nahdliyin tetap hadir dengan semangat menegakkan keadilan sosial, etika politik, serta kepekaan terhadap aspirasi rakyat kecil. Kisah Immanuel Ebenzezer menjadi pengingat bahwa dalam setiap jalur kekuasaan, amanah dan kepekaan terhadap rakyat tidak bisa diabaikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *