Gus Muh Cucu Mbah Manshur hadiri rutinan Rabu Wage di Pondok Pesantren Darul Manshur

oleh -1,291 views
Gus Muh bersama Gus Karim dan para Habib di rutinan Rabu Wage
Gus Muh bersama Gus Karim dan para Habib di rutinan Rabu Wage

JOMBANG, KN – KH. Muhtazuddin, SH atau yang akrab disapa Gus Muh hadir dalam acara rutinan di Pondok Pesantran Darul Manshur yang diasuh oleb KH. Karim Elmuna atau yang akrab disapa Gus Karim pada Rabu Wage (22/6) lalu. Seperti biasa PP Darul Manshur setiap Rabu Wage menggelar acara Khotmil Qur’an dan Maulid shimtuddurror di Musholla Nurul Mufattihah juga satu komplek Pesantren Darul Manshur tersebut.
Ratusan santri dan ibu-ibu serta warga masyarakat tampak khusyu’ mengikuti rutinan tersebut, yang menarik para jamaah juga berebut menaruh air mineral dengan posisi tutup botol dibuka, menurut salah satu jamaah hal tersebut sudah biasa dilakukan, tujuannya adalah berharap mendapat barokah dari sholawat yang dibaca oleh Pengasuh Shimtuddurror yakni ,Habib Mukhsin Al Hasani, Habib Muhajir Al Jufri, Habib Mukhsin bin Alwi Alhasani dan Habib Muhajir bin Abu Bakar Al Jufri.
Siswanto salah satu Pengurus kegiatan Maulid Al Jannah dari Kepanjen, Wersa, Jombang yang turut hadir dalam kegiatan tersebut mengatakan bahwa, kerap kali air yang sengaja ditaruh pada kegiatan Maulid dengan dibacakan sholawat memiliki kekuatan tersendiri, “Kita menyakini bahwa air tersebut bisa menjadi obat setelah dibacakan sholawat Nabi Muhammad SAW, kegiatan seperti ini sudah dilakukan selama tidak kurang lima tahun,” katanya dengan santai.
Akan tetapi, ia mengaku tidak bisa menjelaskan lebih detail terkait air mineral menjadi obat setelah dibacakan Sholawat Nabi Muhammad, SAW, “Ya saya tidak bisa menjelaskan air itu untuk obat apa, karena banyak sekali yang memerlukan dan konon katanya untuk menyembuhkan penyakit, berarti air inikan bisa digunakan untuk mengobati penyakit itu saja yang saya tahu,” aku Siswanto kepada Kabar Nahdliyin.
Kiai Karim Elmuna, Pengasuh PP Darul Mashur ketika memberi sambutan mengatakan bahwa, pentingnya seseorang punya ilmu dan bisa menjalan ilmunya, itu sangat penting, “Alhamdulilah malam ini kita bisa berkumpul disini menjalankan rutinan Rebu Wage semoga ilmu yang kita dan bermanfaat, karena sangat penting ketika seseorang punya ilmu lalu diberi kesempatan oleh Allah untuk menjalankan ilmunya, ini benar sangat penting dan manfaat,” katanya.

Rutinan Rabu Wage di Pondok Pesantren Darul Manshur semakin dihadiri banyak jamaah
Rutinan Rabu Wage di Pondok Pesantren Darul Manshur semakin dihadiri banyak jamaah

Ditambahkan, terkait mencari ilmu di PP Darul Manshur atau dimanapun tempat mencari ilmu itu, yang terpenting adalah ilmu yang dicari tersebut bisa bermanfaat untuk kemaslahatan umat, “Sekali lagi ini penting bagi kita semua bahwa ilmu yang kita dapatkan harus bermanfaat, seperti contoh sekarang ini kita diberi Ilmu oleh Allah SWT dan sekaligus diberi kesempatan untuk memanfaatkan ilmu yang kita dapat, ini sebuah anugerah dari Allah yang luar biasa, kita sudah diberi ilmu dan diberi juga kesempatan untuk memanfatkannya,” tambah Gus Karim cucu Kiai Nur Salim Pendiri Pondok Pesantren Mudanutta’lim Mayangan Jogoroto.
Ia juga sempat memperkenalkan Gus Muh sebagai pendatang baru dalam rutinan tersebut, “Pada kesempatan kali ini hadir juga Gus Muhtazuddin,” katanya. Dalam kesempatan yang lain Gus Karim juga sempat menjelaskan. Bahwa Gus Muh dari Pondok Pesantren Al Manshuriyah, adalah cucu dari Kiai Manshur salah seorang tokoh Ulama, konon Kiai Manshur adalah kiai yang babat alas pertama kali di Desa Mayangan hingga seperti sekarang ini.
Tidak hanya itu lanjutnya, ada banyak kisah terkait Mbah Manshur tersebut, “Dalam sebuat kisah juga sering disebutkan bahwa, Kiai Mashur adalah guru Kiai Hasyim Asy’ari yang juga salah satu tokoh sentral Pendiri NU, seperti disampaikan oleh KH. Muhammad Khozin Manshur dari Pondok Pesantren Mamba’ul Hikam Sidoarjo, beliau sempat nyantri di Tebuireng, bahkan oleh Kiai Hasyim Asy’ari waktu itu KH. Khozin Manshur diminta menjadi pengajar di Pesantren Tebuireng, tetapi karena tidak diizinkan oleh Kiai Mashur, Kiai Khozin berangkat ke Sidoarjo lalu mendirikan Pesantren Mamba’ul Hikam,” lanjutnya mengenang kisah dari Kiai Khozin Manshur.
Dalam rutinan tersebut juga disampaikan mauidlotul hasanah oleh Habib Muhajir Bin Abu Bakar Al Jufri, dengan rendah hati ia mengatakan bahwa dirinya tidak sedang tausyiyah, “Aslinya saya ini tidak tausyiyah, karena yang lebih baik itu yang sepuh-sepuh, semoga semuanya mendapat barokoah,” katanya dengan rendah hati.
Dikatakan yang terpenting adalah syafaatnya beliau, “Yang terpenting Syafaatnya beliau Nabi Muhammad SAW, makanya amal kalau tidak kita barengi dengan rasa cinta kepada beliau, maka akan tertolak, mulai sekarang kita tanamkan niat yang baik, agar kita selalu cinta kepada Baginda Kanjeng Nabi Muhammad SAW, cinta dengan orang-orang yang soleh, cinta kepada para Kiai, cinta kepada Habaib inilah jalannya datuk-datuk kita samua mendapat syafaat,” katanya.
Abdullah Bin Umar Bin Yahya, beliau mengatakan, “Tidak akan sampai kepada Gusti Allah, tidak akan mendapat kemudahan, tidak akan mendapat kemenangan orang yang tidak ikut jalannya Kanjeng Nabi Muhammad SAW, orang yang tidak ikut sunnah- sunnahnya Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Apalagi sekarang sudah akhir zaman, kalau kepingin hidup ini barokah perbanyak membaca sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, karena sholawat adalah cahaya keselamatan di dunia maupun di akhirat,” katanya. (Dhini)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.