Demi NU, Gus Maghfur siap merawat jimat KH. Aziz dan Gus Sholah

oleh -1,427 views
Kiai Slamet Basuki dan H. Maghfur H

JOMBANG, KN – Para Kyai sepuh tentu tidak akan tinggal diam jika NU diacak acak oleh siapapun, tidak juga Almarhum Kyai Aziz Masyhuri, Pengasuh Pondok Pesantren Al Aziziyah Denanyar Jombang yang kala itu sempat menyampaikan keprihatinannya atau ancaman kerusakan NU. Bahkan mendiang sempat menceritakan selalu mengikuti Muktamar NU diberbagai daerah, tetapi yang paling aneh adalah Muktamar NU 32 di Makasar dan Muktamar NU ke 33 di Alun – alun Jombang. Mungkin jika beliau masih diberi kesempatan menyaksikan Muktamar NU ke 34 di Lampung akan terasa super aneh jika dilihat dari kacamata para Kiai sepuh non struktural, seperti yang disampaikannya.

Namun dalam laporan ini, tidak akan membahas hasil Muktamar NU ke 34 di Lampung akan tetapi, mencoba menerjemahkan secara sederhana apa yang digagas oleh Al Marhum Kiai Aziz dan Gus Sholah atau Kiai Sholahuddin Wahid, Pengasuh Pondok Persantren Tebuireng Jombang, sebab kedua beliau selama akhir masa hidupnya sangat gigih memperjuangkan NU kembali ke Khittah 1926. Bahkan kegigihan dan semangat beliau seperti memberi pesan atau wasiat kepada para penerus NU agar melanjutkan perjuangan kedua beliau.

Misalnya, Almarhum Kiai Aziz Masyhuri, beliau rela keliling ke berbagai daerah menemui Kiai Sepuh untuk menyampaikan gagasan dua Pengurus PBNU, tidak lain tidak bukan guna menjaga marwah perjuangan NU, akan tetapi Allah SWT berkehendak lain, gagasan belum terwujud beliau sudah dipanggil. Beliau, Kiai Abdul Aziz Masyhuri, Pendiri sekaligus Pengasuh Pondok Pesantren Al Aziziyah Denanyar Jombang telah meninggalkan kita semua, sejah 15 April 2017 lalu, sementara NU yang di pimpin KH. Said Aqil Sirojd juga sudah menggelar Muktamar ke 34 di Lampung dengan menghasilkan KH. Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya sebagai Ketua PBNU.

Sekali lagi sebelum beliau wafat, beliau sempat tabarukan kebeberapa Kyai sepuh dengan menawarkan konsep NU menghadapi gelombang sunami dekadensi aqidah NU. Bahkan konsep ini juga sempat disampaikan Almarhum ketika menghadiri Halaqoh di Pondok Pesantren Al Hikam Malang yang sebagian besar pesertanya Ketua PWNU se-Indonesia.

Bagaimana sesunguhnya dua Pengurus PBNU itu menurut beliau, beliau menyederhana dengan Pengurus PBNU Politik dan Pengurus PBNU Dakwah Tarbiyah atau yang mengurusi Pondok Pesantren. Jika dilihat situasi sekarang gagasan tersebut tidak mungkin terwujud, karena kiai sang pengagas juga sudah tiada, sementara para pihak yang setuju dangan gagasan tersebut juga jarang nampak alias irit menyuarakan gagasan tersebut. Untuk itu, perlu dilakukan penerjemahan secara sederhana atas gagasan tersebut agar bisa dipahami sebagai ikhtiar perjuangan kemurnian Nahdatul Ulama.

Terkait hal tersebut, menurut penerus Perjuangan Kiai Aziz dan Gus Sholah, yakni Gus Maghfur mengatakan, bahwa kedua gagasan beliau harus terus dilanjut, “Sakali lagi kita tidak pernah padam untuk mensosialisasikan gagasan beliau, sederhananya mungkin begini, apa yang disampaikan Almaghfurllah Kiai Aziz dan Kiai Sholah tersebut, tinggal kita koordinasikan saja dengan Pondok Pesantren seluruh Indonesia,” kata Gus Maghfur, yang juga mantan pengurus GP Ansor.

“Pengurus PBNU Dakwah Tarbiyah yang dimaksud adalah Pondok Pesantren kita rajut ukhuwah bersama Pondok Pesantren se -Indonesia, ya tentu pelan pelan, kita cari Pondok Pesantren yang se-ide dan se-gagasan dengan kita,” kata Gus Maghfur ketika melakukan diskusi dengan Kabar Nahdliyin.

Dikatakan, bahwa upaya merajut ukhuwah Pondok Pesantren menjadi langkah pertama, “Merajut ukhuwah Pondok Pesantren langkah paling penting untuk mewujudkan Pengurus NU Dahwah Tarbiyah, atau dengan kata lain kita melakukan konsolidasi NU Non Struktural, yang kita sambung warga NU kuktural atau Pondok Pesantren yang belum masuk PBNU Struktural, atau PBNU yang mengemban amanah Politik Kebangsaan, artinya urusan Politik biar dipikir PBNU yang ada sekarang, kita hanya memikirkan kelancaran Pondok Pesantren,”kata Maghfur.

Kedua tambahnya, mengenai apa yang disampaikan Gus Sholah bahwa beliau mewanti wanti jangan sampai Komite Khittah NU 1926 yang beliau bentuk di dalem Pondok Pesantren Tebuireng menjadi organisasi formal, “Apa yang disampaikan Gus Solah harus kita jaga, mungkin situasi sekarang kita belum perlu membentuk organisasi NU secara formal tetapi tetap terus melakukan konsolidasi ke Pondok Pesantren, “ katanya.

Karena itu, lanjutnya, selama akhir hidupnya Gus Sholah tidak henti hentinya menggelar Halaqoh -Halaqoh di berbagai Pondok Pensatren, “Kalau menurut pendapat saya halaqoh yang digagas Gus Sholah tidak boleh berhenti, ini isyarat bahwa gerakan NU yang dilihat bukan Papan Namanya tetapi jamaah dan Istighotsahnya, ini sesungguhnya jimat NU yang harus dirawat dan tidak bisa dilawan oleh siapapun,” lanjutnya lagi.

Sementara itu, Kiai Slamet Basuki yang akrab disapa mBah Slamet, Pengasuh Pondok Pesantren Tengarong, Kalimatan Selatan menyambuat baik apa yang terus dilakukan penerus perjuangan Kiai Aziz dan Gus Sholah, “Baik apa yang telah dianjurkan Kiai Aziz dan Gus Sholah harus terus dilanjutkan, karena itu sama dengan perintah, semua tentu demi kepentingan NU, “kata Kiai Slamet.

Disampaikan Kiai Slamet, perjuangan kedua beliau dalam berkhidmat di NU harus kita tiru, “Apapun situasinya beliau tetap berjuang demi NU, ini patut kita tiru. Sebagai kader NU kita tidak perlu melihat sebesar apa yang diberikan NU kepada kita, itu terbalik, yang benar seberapa besar yang kita berikan kepada NU, itu yang benar,” kata mBah Slamet lagi. (mu)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.