Abah Su’udi : Cak Anam selalu memikirkan umat dan anggotanya sampai bikin Museum Nahdlatul Ulama

oleh -330 views
Abah Rahmad dan Abah Su'udi ketika memberi kesaksian di peringatan tujuh hari Almarhum Cak Anam

JOMBANG, KN – H. Rahmad atau yang akrab disapa Abah Rahmad, adalah teman dekat Almarhum Drs. H Choirul Anam, yang wafat pada Senin Pon, 9 Oktober 2023 atau 23 Robiul Awal, 1445 H, ketika sekolah di PGA Plandi Jombang, pada peringatan ke tujuh harinya pada Sabtu (14-10-2023) lalu, Abah Rahmad memberi kesaksian bagaimana sosok Almarhum Cak Anam dalam berkiprah hingga dikenal banyak orang utamanya warga Nahdliyin, “Cak Anam adalah teman sekolah saya waktu di PGA Plandi, sejak di PGA setahu saya Cak Anam sudah memiliki jiwa perjuangan dan kepemimpinan yang lumayan,” kata Abah Rahmad menceritakan.

Suasana usai tahlil tujuh hari Almarhum Cak Anam di Dusun Kemirigalih Desa Sawiji Kecamatan Jogoroto, Kabupaten Jombang

Dikatakan, sejak di bangku sekolah Cak Anam sudah punya pontensi sebagai pemimpin umat, “Mulai sekolah sudah punya potensi untuk menjadi pemimpin umat, saya ingat Cak Anam dulu mimpin gambus, gambus orkes yang ada ceritanya itu. Karena punya bakat memimpin hingga punya persatuan gambus, tetapi gambusnya menampilkan sebuah cerita, juga ada ludruk yang menceritakan tentang nasionalisme. Orkes Gambusnya bernuansa islami, waktu itu NU juga punya namanya orkes gambus bintang 9, saya juga sering lihat, salah satunya ini dari Cak Anam yang patut di contoh,” jelasnya.
Selain itu, lanjutnya, Cak Anam kalau sekolah tidak pernah sangu, “Kalau sekolah tidak pernah sangu, sekolahnya masuk sore, berangkatnya pun kalau tidak ngontel ya jalan kaki, terus kalau sekolah itu teman temannya istirahat dia tidak, Cak Anam di dalam ruangan sama saya tabuhan (main musik pakai bangku), karena biasanya orkesan, ya nyanyi disitu, jadi menghibur diri sambil latihan, karena punya group orkes,” lanjutnya.
Setelah tamat PGA Cak Anam melanjutkan kuliah di Surabaya, “Dengan modal tekad Cak Anam berangkat kuliah ke Surabaya, yakin saya Cak Anam kuliah tidak punya biaya, benar. Ketika bertemu dia cerita modal kuliahnya dari memasakkan teman-temannya di asrama, dengan cara seperti itu Cak Anam bisa kuliah dan sukses, sampai sampai skripsinya yang dia bikin direkomendasi oleh Institut Agama Islam Negeri Surabaya atau IAIN Surabaya untuk disebarkan ke KUA –KUA, se- Jombang waktu itu, hebat kan,” katanya lagi.
Pimpinan sekaligus Pengasuh KPIHU Apga Jamil ini juga mengenang ketika bertandang ke Museum NU Surabaya, “Saya beberapa bulan lalu masih komunikasi dengan Cak Anam, hanya waktu sakit tidak bisa komunikasi hingga dia meninggalkan kita semua, biasanya selalu komunikasi pakai WhatsApp,” kata Abah Rahmad.
Kiprah perjuangannya dalam memikirkan umat itu luar biasa, tambahnya, “Mulai mengabdi pada Gerakan Pemuda Ansor, PKB, PKNU terakhir Astranawa dan Museum NU, semua luar biasa patut ditiru, saya ketika manasik ke asrama haji Sukolilo, Surabaya, pernah mampir ke Museum NU, disitu banyak tinggalan para tokoh NU, ada Jas-nya Kiai Wahab, saya ditunjukkan macam macam, salah satunya bagaimana perjuangannya Kiai Wahab, hebatnya lagi Museum NU itu Cak Anam bikin sendiri,” katanya.
Tidak lupa teman Cak Anam ini, juga menghimbau para jamaah untuk mencontoh gerak langkah perjuangan Cak Anam dalam hal memikirkan umat, “Setiap tahun saya pasti ketemu ketika ikut reoni PGA, inilah Cak Anam selalu memikirkan umat Islam, Li I’laai Kalimatillah dengan cara cara Cak Anam sendiri, mari kita contoh perjuangan Cak Anam, biar umat islam tetap jaya, khususnya keluarga besar Nahdlatul Ulama, tetap bisa bangkit dan istiqomah, khusnul khotimah,” himbau Abah Rahmad.
Sementara itu, H. Achmad Su’udi Yatmo, atau yang akrab disapa Abah Suudi, salah satu mantan Pengurus Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Jombang, yang juga hadir dalam peringatan tujuh hari mengatakan, bahwa, yang hadir sudah lengkap se-Jombang pada peringatan tujuh hari Cak Anam. Abah Su’udi senada dengan Abah Rahmad, bahwa Cak Anam selalu memikirkan umat dan anggotanya, “Cak Anam kok bisa bikin museum sebegitu besarnya, orang mesti mikir sebesar apa rumah Cak Anam, dan pernah Bapak Bapak dimintai urunan, saya sendiri dekat tidak pernah dimintai urunan, jadi menurut saya Cak Anam selalu memikirkan kepentingan umat, kepentingan anggotanya Cak Anam sebagai pimpinan, ini yang perlu kita contoh,” kata Abah Su’udi dengan nada serius.
Mantan Pengurus GP Ansor yang kini dipercaya menjadi Ketua FKMJ (Forum Komunikasi Masyarakat Jombang) lintas iman. Mengaku prihatin ketika melihat pemimpin tidak memikirkan umatnya, “Kadang orang kalau jadi pemimpin sudah gupuh beli mobil, gupuh wayuh akhirnya gegeran bejat, umatnya malah rusak semua, kan begitu kira kira, gupuh royakan punya ini, punya itu ahkhirnya terjadi korupsi, dimana mana, karena tidak memikirkasn umat memikirkan dirinya sendiri, mikirkan anaknya, keponakannya, dan sebagainya. Cak Anam, ya Cak Anam, Cak Anam punya Museum seperti itu, terus adiknya punya apa?,” disambut tawa para Jamaah
Pengusaha sukses bidang konstruksi yang diberi nama “Djagat Besi” asal Desa Betek, Mojoagung, Jombang ini lalu menjelaskan tidak gampang orang punya Museum, “Ini yang harus kita contoh, tidak nyontoh apa apanya, mencontoh mikirnya, jadi kita harus mikir, tidak terus di rumah tidur bagaimana besok tidak begitu. Bagaimana caranya Nahdlatul Ulama ini ada sejarah-sejarahnya, sejarahnya ada di Museum itu, ini sulit, tidak sembarang orang, semua punya museum sendiri, tetapi Cak Anam kan tidak punya sendiri, semua untuk sejarahnya Nahdlatul Ulama,” jelas Abah Su’udi. (Abu Rani)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.